Bahaya Mengintai di Balik Kebiasaan Mengunyah Pinang: Pemicu Kanker Mulut di Papua

Mengunyah pinang, sebuah tradisi yang melekat erat dalam budaya masyarakat Papua, ternyata menyimpan risiko kesehatan yang serius. Di balik kenikmatan dan nilai sosial yang dianggap positif, kebiasaan ini disinyalir menjadi salah satu penyebab utama kanker mulut.

Menurut data dari ruang Kemoterapi RSUD Jayapura tahun 2024, kanker mulut menempati urutan kedua setelah kanker payudara, dengan jumlah pasien mencapai 1.362 orang. Ironisnya, kanker mulut menjadi salah satu penyumbang angka kematian tertinggi di Papua. Hampir semua pasien yang terdiagnosis squamous cell carcinoma (SCC) berakhir dengan kematian.

Faktor utama pemicu kanker mulut adalah kandungan karsinogen dalam kapur yang dikonsumsi bersama pinang. Zat-zat berbahaya ini merusak DNA sel tubuh, mengganggu proses biologis dan memicu pertumbuhan sel kanker. Selain itu, sifat anastesi lokal pinang juga dapat menyebabkan infeksi berulang pada area mulut, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi kanker.

Faktor daya tahan tubuh setiap individu juga berperan penting. Secara normal, tubuh akan merespon dan memperbaiki sel yang mengalami perubahan. Namun, pada penderita kanker, proses perbaikan ini terganggu.

Selain mengunyah pinang, gaya hidup tidak sehat seperti merokok juga meningkatkan risiko kanker mulut. Usia rata-rata penderita kanker mulut berkisar antara 30 hingga 40 tahun.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan mengunyah pinang. Jika tidak bisa dihindari, konsumsi pinang sebaiknya hanya dilakukan pada acara-acara adat tertentu saja. Lebih penting lagi, masyarakat perlu menerapkan pola hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor pemicu kanker. Dengan langkah-langkah pencegahan ini, diharapkan angka kejadian kanker mulut di Papua dapat ditekan.

Scroll to Top