Jakarta – Di tengah intensifikasi serangan di Gaza, Israel mengajukan usulan gencatan senjata yang baru kepada Hamas melalui mediator Mesir dan Qatar.
Al Qahera News TV melaporkan bahwa proposal tersebut telah diserahkan kepada Hamas, dan respons mereka sangat dinantikan. Seorang pejabat Mesir menekankan urgensi waktu dan keyakinannya bahwa Hamas akan segera memberikan jawaban.
Namun, seorang tokoh senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyatakan bahwa usulan tersebut belum memenuhi tuntutan utama mereka, yaitu penghentian total perang. Salah satu poin krusial dalam proposal Israel adalah permintaan agar pelucutan senjata Hamas menjadi agenda negosiasi di masa depan. Hamas dengan tegas menolak gagasan ini, menyebutnya sebagai hal yang mustahil dan tidak dapat dinegosiasikan.
Rincian proposal mencakup gencatan senjata selama 45 hari, di mana Israel meminta pembebasan 11 sandera. Sebagai imbalan, Israel bersedia mengizinkan masuknya bantuan makanan dan material tempat penampungan ke Gaza.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Israel terkait proposal baru ini.
Serangan Israel ke Jalur Gaza kembali meningkat sejak Maret, membatalkan gencatan senjata yang sebelumnya berlaku sejak Januari. Akibatnya, lebih dari 1.500 warga Palestina tewas, ratusan ribu lainnya mengungsi, dan bantuan kemanusiaan terhambat karena blokade.
Pembicaraan di Kairo yang bertujuan untuk menghidupkan kembali gencatan senjata di Gaza belum membuahkan hasil yang signifikan.
Hamas bersikeras agar Israel mematuhi kesepakatan awal yang mencakup pengakhiran perang dan penarikan penuh pasukan dari Gaza pada fase kedua gencatan senjata. Sementara itu, Israel menegaskan bahwa perang tidak akan berakhir sampai Hamas dilenyapkan dan seluruh sandera dibebaskan.