Iran Tegaskan Senjata Nuklir Tidak Dapat Diterima di Tengah Negosiasi Nuklir

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, kembali menegaskan bahwa Iran menganggap kepemilikan senjata nuklir "tidak dapat diterima." Pernyataan ini menggarisbawahi posisi lama negara tersebut, terutama di tengah perundingan yang kompleks dengan Amerika Serikat.

Pemerintah negara-negara Barat telah lama menuduh Iran berupaya mengembangkan kemampuan senjata nuklir sebagai penyeimbang kekuatan dengan musuh bebuyutannya, Israel.

"Mengenai senjata nuklir, kami sepakat bahwa jenis senjata ini tidak dapat diterima," ujar Araghchi, negosiator utama Iran dalam perundingan tersebut, dalam pidato yang disiarkan televisi. "Kami sependapat mengenai isu ini."

Iran dan Amerika Serikat telah menggelar lima putaran pembicaraan dengan tujuan mencapai kesepakatan nuklir baru. Kesepakatan ini diharapkan menggantikan kesepakatan sebelumnya dengan negara-negara besar yang ditinggalkan oleh Presiden Donald Trump pada tahun 2018.

Perbedaan pendapat antara kedua negara berfokus pada program pengayaan uranium Iran. Washington bersikeras agar program ini dihentikan, sementara Teheran menegaskan bahwa program tersebut adalah haknya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Presiden Trump menyatakan bahwa "kami sedang melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan Iran." Ia juga mengungkapkan telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerang fasilitas nuklir Iran karena "tidak tepat saat ini."

Israel berulang kali mengancam akan mengambil tindakan militer, terutama setelah menargetkan pertahanan udara Iran selama baku tembak tahun lalu.

Trump tidak mengesampingkan tindakan militer, tetapi menekankan pentingnya memberi ruang untuk mencapai kesepakatan terlebih dahulu. Ia juga menambahkan bahwa Israel, bukan Amerika Serikat, yang akan memimpin dalam serangan militer semacam itu.

Scroll to Top