Sebuah harapan baru muncul bagi jutaan orang di seluruh dunia yang berisiko terkena penyakit Parkinson. Tim peneliti berhasil menciptakan tes darah revolusioner berbasis asam ribonukleat (RNA) yang mampu mendeteksi penyakit Parkinson jauh sebelum gejala-gejala fisik mulai bermunculan.
Selama ini, diagnosis Parkinson seringkali terlambat, yakni ketika kerusakan otak sudah signifikan dan sebagian besar neuron penting telah mengalami kerusakan. Hal ini membuat intervensi dini menjadi sulit dilakukan.
Metode diagnostik baru ini, yang dipublikasikan di jurnal Nature Aging, mengukur fragmen-fragmen RNA spesifik yang beredar dalam darah. Fokus utama terletak pada dua penanda biologis (biomarker) utama:
- Urutan RNA berulang yang menumpuk pada pasien Parkinson.
- RNA mitokondria yang jumlahnya menurun seiring perkembangan penyakit.
Dengan menganalisis rasio antara kedua jenis fragmen tersebut, tes ini mampu mengidentifikasi penyakit Parkinson pada tahap awal dengan akurasi yang menjanjikan.
Dalam uji coba, tes tersebut berhasil membedakan antara individu dengan Parkinson pragejala dan kelompok kontrol yang sehat. Tingkat akurasi yang dilaporkan mencapai 86 persen, jauh lebih unggul dibandingkan metode diagnostik yang ada saat ini.
Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa kadar fragmen RNA tipe pertama menurun setelah stimulasi otak mendalam, mengindikasikan hubungan erat antara fragmen ini dengan mekanisme penyakit dan respons terhadap pengobatan.
Para peneliti optimis bahwa penemuan ini membuka pintu bagi intervensi dan perawatan dini yang dapat mengubah jalannya penyakit Parkinson, meningkatkan hasil positif bagi pasien melalui diagnosis dan penanganan yang tepat waktu. Temuan ini menjanjikan masa depan yang lebih baik dalam memerangi penyakit neurodegeneratif yang kompleks ini.