Kota Balikpapan menghadapi tantangan serius dengan tingginya angka kasus tuberkulosis (TBC). Data terbaru menunjukkan, hingga April 2025, tercatat 833 kasus TBC dengan 21 pasien meninggal dunia. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan menjadikan penanggulangan penyakit menular ini sebagai prioritas utama.
TBC, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sangat mudah menular melalui percikan dahak saat batuk atau bersin. Kondisi ini rentan menyebar di lingkungan padat penduduk atau rumah tangga yang kurang sehat.
Kepala DKK Balikpapan menekankan pentingnya fokus pada pencegahan penularan TBC. Upaya yang dilakukan meliputi penguatan surveilans, peningkatan deteksi dini melalui pemeriksaan dahak dan rontgen paru, serta penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Fokus pada Edukasi dan Deteksi Dini
Salah satu penyebab tingginya kasus TBC adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat dan pentingnya menyelesaikan pengobatan hingga tuntas. Kebiasaan merokok dan lingkungan rumah yang tidak sehat menjadi pemicu utama. Selain itu, pasien TBC yang tidak menyelesaikan pengobatan berpotensi menularkan penyakit lebih luas.
Banyak pasien berhenti minum obat setelah merasa lebih baik, padahal pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal enam hingga sembilan bulan. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan kekambuhan atau resistansi terhadap obat.
Risiko Penularan di Keluarga
Penularan TBC tidak hanya terjadi di ruang publik, tetapi juga di lingkungan keluarga. Keluarga yang merawat pasien TBC aktif berisiko tinggi tertular jika tidak menerapkan langkah pencegahan yang tepat, seperti ventilasi yang baik, etika batuk, dan penggunaan masker.
DKK Balikpapan aktif melakukan tracing kontak erat dan pemeriksaan dini terhadap anggota keluarga pasien TBC.
Pemerintah Perluas Akses Layanan dan Intervensi
Pemerintah Kota Balikpapan memperluas akses layanan TBC di puskesmas dan rumah sakit. Obat anti-TBC diberikan gratis melalui program nasional, dengan pendampingan petugas kesehatan untuk memastikan pengobatan berjalan sesuai prosedur.
DKK juga bekerja sama dengan kader posyandu, tokoh masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memperkuat edukasi hingga tingkat RT dan RW.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, atau keringat malam berlebih. Deteksi dini akan mempermudah penanganan.
Dengan angka kasus dan kematian yang tinggi, Balikpapan harus bekerja keras mencapai target nasional eliminasi TBC pada tahun 2030. Eliminasi TBC bukan berarti menghilangkan semua kasus, tetapi menurunkan angka kejadian serendah mungkin dan mencegah kematian yang sebenarnya bisa dicegah.
Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk menjadikan Balikpapan kota yang bebas dari penyakit menular ini. Pemerintah mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam edukasi, pemeriksaan dini, dan ketaatan minum obat.