Waspada! Lonjakan Infeksi Pernapasan Mengintai Asia, Lansia Indonesia Sangat Rentan

Gelombang infeksi saluran pernapasan kembali menghantui sejumlah negara di Asia, menuntut kewaspadaan dan tindakan preventif segera. Singapura, Bangkok, dan Hongkong melaporkan peningkatan kasus COVID-19, bahkan setelah pencabutan pembatasan pandemi. Penurunan imunitas kelompok menjadi faktor utama lonjakan kasus di Singapura, terutama bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun atau memiliki kondisi medis rentan.

Indonesia pun menghadapi tantangan serupa dengan kemunculan tripledemic: COVID-19, Influenza, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) yang bersirkulasi bersamaan. Kekhawatiran terbesar adalah kondisi lansia di Indonesia, yang diproyeksikan mencapai 14,6% dari total populasi pada tahun 2030. Lansia dengan penyakit kronis seperti jantung, diabetes, dan paru-paru sangat rentan terhadap infeksi pernapasan, sehingga berpotensi memicu beban kesehatan dan ekonomi yang signifikan.

Memperingati Hari Kesehatan Lanjut Usia Nasional (HLUN) setiap tanggal 29 Mei menjadi momentum penting untuk merefleksikan pentingnya merawat dan menghormati lansia. Upaya preventif dan promotif untuk menjaga kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup lansia menjadi krusial.

RSV, salah satu virus penyebab tripledemic, memiliki tingkat keparahan klinis yang lebih tinggi dibandingkan COVID-19 dan influenza. Pasien RSV cenderung membutuhkan rawat inap dengan terapi oksigen, ventilasi, dan perawatan intensif. Tingkat penularan RSV pun lebih tinggi dibandingkan COVID-19.

Meskipun sering dianggap sebagai penyakit anak-anak, RSV menimbulkan beban penyakit yang tinggi pada lansia, dengan angka kematian yang signifikan pada pasien rawat inap dewasa. Penurunan kekebalan tubuh seiring bertambahnya usia menjadi penyebab utama kerentanan lansia terhadap infeksi RSV.

Penyebaran RSV terjadi melalui batuk, bersin, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus. Satu orang yang terinfeksi dapat menularkan virus hingga ke tiga orang, sehingga risiko penularan meningkat pada perkumpulan massa, perjalanan liburan, atau pertemuan keluarga besar yang melibatkan lansia.

Pemeriksaan RSV yang belum rutin dalam diagnosis infeksi saluran pernapasan, ditambah dengan belum adanya pengobatan khusus, membuat pencegahan menjadi kunci utama. Menerapkan kebersihan yang baik, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan secara teratur, dan membersihkan permukaan yang sering disentuh, sangat penting. Penggunaan masker dan penerapan physical distancing juga dianjurkan.

Mengingat gejala infeksi RSV yang sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan lainnya, diagnosis yang sering terlewatkan, dan belum adanya pengobatan spesifik, vaksinasi menjadi cara efektif untuk melindungi individu berisiko dari infeksi RSV. Vaksinasi RSV disarankan untuk lansia dan individu dengan risiko tinggi.

Diprediksi jutaan kasus infeksi RSV akan terjadi di Asia Tenggara dalam tiga tahun ke depan. Peningkatan edukasi dan kesadaran akan pentingnya pencegahan infeksi RSV, terutama di Indonesia, sangat mendesak. Diskusi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan tindakan pencegahan yang tepat bagi kebutuhan spesifik setiap individu sangat dianjurkan.

Scroll to Top