Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diperkirakan akan melakukan percakapan melalui telepon dengan Presiden China, Xi Jinping, dalam pekan ini. Komunikasi ini menjadi sorotan di tengah meningkatnya eskalasi tensi perdagangan antara kedua kekuatan ekonomi dunia.
Menurut keterangan dari Gedung Putih, kemungkinan besar kedua pemimpin negara akan berdiskusi dalam minggu ini. Konfirmasi ini muncul setelah Trump menuduh Beijing mengingkari kesepakatan yang sebelumnya bertujuan untuk mengurangi tarif balasan yang signifikan.
Sejak Trump kembali menjabat, belum ada laporan pasti mengenai kontak langsung antara dirinya dan Xi Jinping selama lebih dari lima bulan. Meskipun demikian, Trump kerap kali mengisyaratkan bahwa panggilan telepon akan segera dilakukan.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Majalah Time pada bulan April, Trump mengklaim bahwa Xi telah menghubunginya. Namun, pihak Beijing membantah klaim tersebut dan menegaskan tidak ada panggilan telepon dengan pemimpin AS.
Mencuatnya kembali ketegangan antara AS dan China telah menyebabkan pasar saham global mengalami penurunan pada hari Senin.
Pada awal April, Trump memberlakukan tarif global yang ketat yang menargetkan China, dengan tuduhan bahwa negara-negara lain "merampok" Amerika Serikat dan menciptakan ketidakseimbangan dalam perdagangan.
Sebelumnya, Beijing dan Washington telah menyepakati pemangkasan tarif yang tinggi selama 90 hari setelah perundingan di Jenewa.
Namun, Trump dan pejabat tinggi AS menuduh China melanggar kesepakatan tersebut. Menteri Perdagangan AS menyatakan bahwa Beijing "memperlambat" implementasi perjanjian.
Pihak Beijing menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "palsu," serta menuduh Washington memberlakukan "sejumlah tindakan pembatasan yang diskriminatif."
Selain dengan China, Trump juga meningkatkan ketegangan dengan mitra dagang lainnya, termasuk Uni Eropa, dengan berjanji untuk menggandakan tarif global pada baja dan aluminium menjadi 50 persen mulai hari Rabu.