Gelombang Penolakan Perang Gaza Menguat di Kalangan Militer Israel

GAZA – Desakan untuk mengakhiri konflik berdarah di Jalur Gaza semakin menguat, bahkan dari dalam tubuh militer Israel sendiri. Ratusan tentara dari berbagai unit dan korps telah menandatangani petisi yang menyerukan penghentian segera operasi militer.

Lebih dari seratus prajurit dari Brigade Golani, sebuah unit infanteri elit, menjadi bagian dari gelombang protes ini. Mereka mendesak pemerintah untuk memprioritaskan negosiasi demi membebaskan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Sejak awal minggu ini, setidaknya sepuluh petisi berbeda telah beredar, mencerminkan ketidakpuasan yang meluas terhadap strategi perang yang berkelanjutan. Para penandatangan petisi berpendapat bahwa fokus utama harus pada pemulangan sandera, bahkan jika itu berarti mengakhiri pertempuran.

Petisi pertama kali muncul dari kalangan personel cadangan Angkatan Udara Israel. Hampir seribu anggota aktif dan mantan anggota menyatakan bahwa serangan di Gaza lebih didorong oleh kepentingan politik dan pribadi daripada pertimbangan keamanan. Mereka mengkritik keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas desakannya untuk melanjutkan operasi militer.

Akibatnya, para petinggi militer, termasuk Kepala Staf dan komandan Angkatan Udara, mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan personel cadangan yang aktif yang telah menandatangani petisi tersebut. Langkah ini didukung oleh Netanyahu, yang mengecam para penandatangan sebagai "kelompok kecil radikal" yang didanai oleh organisasi asing untuk menggulingkan pemerintahannya.

Namun, penolakan terhadap perang tidak berhenti di situ. Petisi-petisi serupa juga muncul dari berbagai kalangan, termasuk ratusan pensiunan perwira Angkatan Laut, lebih dari 250 tentara cadangan dan veteran dari Unit 8200 (unit intelijen), dan ribuan veteran dari Korps Lapis Baja, termasuk mantan Perdana Menteri dan Kepala Staf Ehud Barak.

Selain itu, ratusan pengusaha, investor, dan pekerja di sektor teknologi tinggi, ribuan dokter militer, serta lebih dari enam ribu akademisi dan pejabat pendidikan juga telah menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap kelanjutan perang melalui surat-surat serupa.

Veteran dari badan intelijen Mossad dan Shin Bet, serta ribuan veteran dari unit infanteri, pasukan terjun payung, dan pasukan khusus militer, juga telah menyuarakan sentimen yang sama.

Operasi militer Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Hamas melancarkan serangan sebagai respons terhadap tindakan kekerasan Israel terhadap warga Palestina. Dalam serangan tersebut, Hamas menawan ratusan warga Israel.

Setelah lebih dari satu setengah tahun pertempuran, tujuan awal Israel untuk melenyapkan Hamas dan membebaskan semua sandera belum tercapai. Sementara itu, ribuan warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel.

Scroll to Top