Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mengalami pasang surut setelah reli yang kuat sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang signifikan, sementara pelaku pasar menantikan hasil pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Pada hari Selasa (3/6/2025), harga emas global tergelincir 0,80% ke level US$3.351,98 per troy ons. Penurunan ini kontras dengan lonjakan hampir 3% yang terjadi sehari sebelumnya.
Namun, pada perdagangan hari ini, Rabu (4/6/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga emas dunia di pasar spot menunjukkan pemulihan tipis, naik 0,17% ke posisi US$3.357,90 per troy ons.
Kemarin, emas merosot hampir 1% setelah mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan, tertekan oleh penguatan dolar yang membuat investor lebih berhati-hati menjelang potensi pembicaraan antara Trump dan Xi.
Indeks dolar AS melonjak 0,53% ke level 99,22 pada hari Selasa, setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam. Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
"Kita memasuki periode yang cenderung sepi, sehingga ada ekspektasi bahwa pasar emas mungkin mengalami konsolidasi," kata seorang analis.
Kekhawatiran pasar meningkat menjelang kemungkinan panggilan telepon antara Trump dan Xi minggu ini, menyusul tuduhan Trump bahwa Tiongkok melanggar perjanjian perdagangan. Pembicaraan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Di sisi lain, Komisi Eropa berencana untuk mendorong penurunan tarif AS, meskipun Trump mengusulkan untuk menggandakan bea masuk untuk baja dan aluminium. Sementara itu, Washington mendesak mitra dagang untuk mengajukan penawaran yang direvisi paling lambat hari Rabu guna mempercepat pembicaraan.
Investor juga mengamati data non-farm payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat, serta serangkaian pernyataan dari pejabat The Federal Reserve untuk mencari petunjuk tentang kebijakan suku bunga.
Data AS pada hari Selasa menunjukkan peningkatan lowongan pekerjaan pada bulan April, namun PHK yang lebih tinggi mengindikasikan pasar tenaga kerja yang mendingin di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang tarif.
"Saya yakin The Fed siap untuk mulai menurunkan suku bunga lagi, tetapi kemungkinan besar tidak sampai bulan September. Itu adalah faktor lain yang mungkin membebani dolar dan mendukung emas," tambah sang analis.
Emas, sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi, cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah. Sepanjang tahun ini, harga emas telah meningkat sekitar 28%.