Harga beras di pasaran terus merangkak naik, menimbulkan tanda tanya besar di tengah klaim pemerintah tentang stok beras yang melimpah. Perum Bulog mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan jumlah mencapai lebih dari 4 juta ton, angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
Meskipun stok beras diklaim aman, kenyataannya harga di pasar justru tidak terkendali. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyoroti aktivitas di Pasar Beras Cipinang yang dinilai mencurigakan.
Data menunjukkan pada tanggal 28 Mei 2025, terjadi lonjakan signifikan dalam pengiriman beras dari Pasar Cipinang, mencapai 11.410 ton. Padahal, rata-rata pengiriman beras harian di bulan tersebut hanya sekitar 2.000 ton.
"Bayangkan, 11 ribu ton dibagi 10, itu berarti 1.000 truk beras keluar dalam satu hari. Ini sangat tidak lazim, tidak pernah terjadi selama lima tahun terakhir," ungkap Amran.
Mentan mendesak dilakukannya investigasi mendalam untuk mengungkap kemana larinya beras tersebut. "Data dari BPS menunjukkan harga di tingkat pengecer naik, sementara di penggilingan, yang dekat dengan petani, harganya stabil. Mengapa di pengecer naik?" tanyanya.
Kecurigaan muncul bahwa ada oknum yang sengaja memainkan stok beras dan menjadi mafia di balik mahalnya harga beras. "Jangan main-main dengan ini. Kami berjuang keras untuk produksi beras dan membantu petani," tegas Amran.
Kepala Satgas Pangan Polri, Helfi Assegaf, menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan auditor dari Kementan untuk melakukan penyelidikan. "Kami akan mendalami, mengecek secara fisik, siapa yang mengambil 11.410 ribu ton itu? Kami akan cek gudangnya, betul atau tidak?" jelas Helfi.
Menurutnya, mengeluarkan 6.000 ton beras dari Pasar Cipinang saja akan menimbulkan antrean panjang dan sulit diselesaikan dalam satu hari. "Apalagi 11.000 ton beras, dua kali lipatnya, sangat tidak mungkin. Ini menjadi data awal yang kami tampung," pungkas Helfi.