Erick Thohir dan Tuduhan Skandal Keuangan di Inter Milan: Liga Italia Kembali Berguncang?

Inter Milan, baru saja menelan pil pahit kekalahan telak 0-5 dari Paris Saint-Germain di final Liga Champions 2024-2025. Mimpi treble winners yang sempat membumbung tinggi pun sirna sudah, berubah menjadi musim tanpa satu pun gelar juara. Namun, badai tampaknya belum mau menjauh dari Giuseppe Meazza.

Sebuah laporan dari media Prancis, Foot Mercato, menghembuskan kabar tak sedap terkait dugaan aliran dana mencurigakan yang terjadi di Inter Milan pada masa kepemilikan Suning Group, perusahaan asal China yang mengambil alih klub pada 2016 silam. Laporan itu bahkan menyebutkan skandal ini sebagai yang terbesar sejak kasus Calciopoli yang mengguncang sepak bola Italia beberapa tahun lalu.

Laporan tersebut mengungkap adanya dugaan penggunaan sponsor fiktif untuk mendongkrak pendapatan klub, dengan bantuan dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), serta adanya keterkaitan dengan kelompok ultras yang memiliki hubungan dengan mafia. Seorang bankir dari London menemukan indikasi pelanggaran finansial yang serius. Jika tuduhan ini terbukti, Inter Milan bisa menghadapi konsekuensi berat, termasuk likuidasi, pencoretan dari Serie A, atau bahkan degradasi ke divisi yang lebih rendah.

Menurut laporan tersebut, praktik sponsor fiktif ini diduga mulai terjadi setelah Suning mengakuisisi Inter Milan pada 2016. Saat itu, Inter masih berada di bawah kepemilikan Erick Thohir, yang sebelumnya memegang kendali klub sejak 2013. Selama periode 2016-2019, Suning membangun jaringan "sponsor regional" yang menghasilkan pendapatan hampir 300 juta euro. Jumlah ini setara dengan 27 persen dari total pendapatan Inter Milan pada periode tersebut.

Dari total 300 juta euro tersebut, 131,4 juta euro berasal dari kontrak dengan grup intra-Suning, sementara 165,6 juta euro lainnya berasal dari pihak ketiga yang dianggap "meragukan" oleh penulis laporan.

Erick Thohir sendiri sempat menjabat sebagai Presiden Inter Milan setelah penjualan klub kepada Suning, sambil tetap menjadi pemegang saham. Masa jabatannya sebagai Presiden berakhir pada 26 Oktober 2018, sementara kepemilikan sahamnya berakhir pada 25 Januari 2019.

Scroll to Top