Washington DC – Hubungan Amerika Serikat dan China kembali memanas. Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini melontarkan pernyataan bahwa Presiden China, Xi Jinping, adalah sosok yang keras kepala dan "sangat sulit untuk diajak berunding." Komentar ini muncul selang beberapa hari setelah Trump menuding Beijing telah melanggar kesepakatan yang bertujuan untuk mencabut tarif dan pembatasan perdagangan.
Melalui platform media sosial Truth Social, Trump menyatakan kekagumannya pada Xi Jinping, namun menekankan betapa sulitnya bernegosiasi dengannya. Pernyataan ini menyusul pengumuman dari Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, yang menyebutkan adanya rencana pembicaraan telepon antara kedua pemimpin untuk menyelesaikan perbedaan terkait perjanjian tarif yang disepakati di Jenewa, Swiss, bulan lalu.
Selain masalah tarif, isu-isu perdagangan lain juga menjadi sumber ketegangan dalam hubungan kedua negara. Pengadilan perdagangan AS sempat memutuskan bahwa Trump telah melampaui batas kewenangannya dalam memberlakukan tarif impor dari China dan negara lain berdasarkan undang-undang darurat. Namun, keputusan ini dibatalkan oleh pengadilan banding federal yang mengembalikan pemberlakuan tarif, sambil menunggu pertimbangan lebih lanjut atas banding dari pemerintahan Trump.
Dalam beberapa waktu terakhir, Washington dan Beijing saling tuding terkait pelanggaran perjanjian perdagangan yang disepakati di Swiss pada 12 Mei. Perjanjian tersebut mencakup penangguhan sebagian besar tarif selama 90 hari, serta pencabutan tindakan balasan perdagangan oleh China terhadap AS yang berlaku sejak awal April.
China dituduh belum secara signifikan melonggarkan pembatasan ekspor tanah jarang, berbeda dengan harapan Washington. Sementara itu, Beijing mengkritik AS karena terus berupaya membatasi akses China terhadap teknologi canggih. Pemerintahan Trump juga mengumumkan akan mulai mencabut visa bagi para mahasiswa China.
Di tengah tensi yang meningkat, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengakui bahwa pembicaraan perdagangan "sedikit terhenti" dan kedua pemimpin mungkin perlu mempertimbangkan kembali strategi mereka. Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa Trump dan Xi kemungkinan akan melakukan pembicaraan via telepon, namun belum ada konfirmasi apakah percakapan tersebut telah berlangsung.