Suara Perempuan Adat Keerom: Menelisik Dampak Otonomi Khusus Papua

Otonomi Khusus (Otsus) Papua telah berjalan lebih dari dua dekade, namun gaungnya bagi masyarakat Papua, khususnya kaum perempuan adat, masih menjadi topik hangat. Di Kabupaten Keerom, suara perempuan adat menyimpan perspektif unik dan krusial dalam menilai keberhasilan serta tantangan yang menyertai Otsus. Mari kita telaah lebih dalam pandangan mereka terhadap Otsus dan bagaimana kebijakan ini memengaruhi denyut kehidupan mereka.

Kehidupan Sehari-hari dan Akses Sumber Daya

Perempuan adat Keerom, sebagai pilar keluarga dan pengelola sumber daya alam lokal, merasakan langsung imbas dari setiap kebijakan Otsus. Akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur menjadi fokus utama. Meski peningkatan telah dirasakan di beberapa sektor, kesenjangan masih menganga. Banyak perempuan adat, terutama di wilayah pelosok, masih kesulitan menjangkau layanan kesehatan yang memadai. Keterbatasan infrastruktur juga menghambat akses mereka terhadap pendidikan dan peluang ekonomi.

Lebih jauh, pengelolaan sumber daya alam, yang secara tradisional menjadi ranah perempuan adat, seringkali terabaikan dalam implementasi Otsus. Kurangnya pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam menyebabkan mereka kehilangan kendali atas tanah dan sumber penghidupan. Kondisi ini berdampak pada kemandirian ekonomi perempuan dan memperlebar jurang kesenjangan gender.

Partisipasi Politik dan Pengambilan Keputusan

Upaya peningkatan partisipasi perempuan dalam politik terus digalakkan, namun perempuan adat Keerom masih menghadapi segudang hambatan. Norma budaya dan patriarki yang kuat seringkali membatasi peran mereka dalam pengambilan keputusan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Minimnya representasi perempuan dalam lembaga pemerintahan dan parlemen menghalangi suara dan kepentingan mereka untuk didengar dalam perumusan kebijakan Otsus.

Kebudayaan dan Tradisi Adat

Otsus juga membawa dampak pada pelestarian budaya dan tradisi adat. Perempuan adat Keerom memiliki peran vital dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Namun, modernisasi dan perubahan sosial yang dipicu oleh Otsus terkadang mengancam kelestarian budaya tersebut. Oleh karena itu, implementasi Otsus harus benar-benar memperhatikan dan menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi adat perempuan Keerom.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Pandangan perempuan adat Keerom terhadap Otsus sangat beragam dan kompleks. Meskipun terdapat dampak positif, masih banyak tantangan yang perlu ditaklukkan. Untuk memastikan keberhasilan Otsus, partisipasi aktif perempuan adat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi kebijakan adalah suatu keharusan. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, serta penguatan peran perempuan dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan. Penting juga untuk memastikan bahwa implementasi Otsus menghormati dan melindungi hak-hak perempuan adat, termasuk hak atas tanah, sumber daya alam, dan budaya mereka. Dengan demikian, Otsus dapat benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Papua, termasuk perempuan adat Keerom.

Scroll to Top