Jakarta – Kabar baik datang dari hubungan dagang Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mendapat undangan khusus dari Presiden AS, Donald Trump, untuk berdiskusi mengenai isu tarif impor.
Presiden terpilih, Prabowo Subianto, merespons positif undangan ini dengan mengirimkan delegasi menteri ke Washington DC. Pertemuan penting ini dijadwalkan berlangsung dari tanggal 16 hingga 23 April.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan bukti pengakuan AS terhadap posisi strategis Indonesia.
Delegasi Indonesia terdiri dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Sugiono, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, serta sejumlah wakil menteri lainnya. Mereka akan berunding dengan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri AS, Kementerian Keuangan AS, dan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR).
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melancarkan negosiasi. Salah satunya adalah menawarkan pelonggaran impor dan ekspor AS, termasuk penyesuaian persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk teknologi informasi AS.
Selain itu, Indonesia berencana meningkatkan pembelian produk AS senilai US$19 miliar atau setara dengan Rp318,9 triliun. Pemerintah juga akan mempertimbangkan relaksasi kebijakan impor tertentu untuk produk-produk AS.
"Kami telah menyiapkan non-paper yang komprehensif, mencakup isu tarif, hambatan non-tarif, investasi, serta harapan timbal balik dari Indonesia dalam kerja sama ini," jelas Airlangga.
Sebelumnya, AS berencana memberlakukan tarif dagang sebesar 32 persen untuk barang-barang asal Indonesia. Implementasi kebijakan ini semula dijadwalkan pada 9 April, namun ditunda selama 90 hari untuk memberikan ruang bagi negosiasi.