Perang Dingin Trump vs. Musk Memanas: Apa Dampaknya Bagi Bisnis dan Politik AS?

Perseteruan antara mantan Presiden AS, Donald Trump, dan tokoh teknologi terkemuka, Elon Musk, semakin meruncing. Seorang pejabat Gedung Putih mengindikasikan bahwa komunikasi antara keduanya terputus, bahkan Trump enggan membahas Musk.

Trump menyatakan lebih fokus pada urusan lain, menyiratkan bahwa Musk sedang menghadapi masalah. Kabar ini muncul setelah keduanya terlibat perselisihan terbuka yang menandai berakhirnya hubungan baik mereka.

Trump mengisyaratkan kemungkinan pengakhiran kontrak pemerintah dengan bisnis Musk, termasuk SpaceX dan Starlink. Reaksi pasar terhadap ketegangan ini cukup signifikan. Saham Tesla sempat mengalami penurunan tajam, mencatatkan rekor penurunan harian terbesar dalam sejarah perusahaan.

Meski banyak kolega Musk yang memilih bungkam, investor James Fishback menyerukan agar Musk meminta maaf atas perilakunya.

Konflik ini dipicu oleh penolakan Musk terhadap RUU pemotongan pajak dan pengeluaran yang diajukan Trump. Musk menyebutnya "kekejian yang menjijikkan" yang akan menambah utang negara. Padahal, sebelumnya Musk berperan penting dalam pendanaan kampanye presiden Trump pada tahun 2024, dan sempat ditunjuk untuk memimpin Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

Namun, langkah Musk di DOGE dinilai kurang memuaskan karena hanya berhasil memangkas sebagian kecil dari total pengeluaran. Hal ini memperburuk sentimen publik terhadap Musk dan berdampak negatif pada bisnisnya, memicu gerakan boikot Tesla dan eksodus pengguna dari platform X.

Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Musk dan mempertanyakan kelanjutan hubungan mereka. Keduanya kemudian saling sindir di platform media sosial masing-masing.

Musk mengklaim bahwa tanpa dirinya, Trump akan kalah dalam pemilihan presiden. Ia juga berpendapat bahwa tarif impor yang ditetapkan Trump akan mendorong AS ke dalam resesi.

SpaceX, perusahaan roket Musk, memegang peranan penting dalam program luar angkasa pemerintah AS. Ketika Trump mengancam akan membatalkan kontrak dengan Musk, sang miliarder membalas dengan ancaman menonaktifkan wahana antariksa Dragon, satu-satunya wahana AS yang mampu mengirim astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Namun, ancaman ini kemudian ditarik kembali.

Perseteruan yang berkepanjangan ini berpotensi mempersulit Partai Republik dalam mempertahankan kendali Kongres pada pemilihan paruh waktu tahun depan. Jika Musk mengurangi dukungan finansial atau para pemimpin bisnis Silicon Valley lainnya menjauhkan diri dari Trump, dampak politiknya bisa signifikan.

Musk menyatakan niatnya untuk mengurangi pengeluaran politiknya dan menyerukan pemecatan semua politisi yang dianggap mengkhianati rakyat AS.

Scroll to Top