Kabar baik datang dari front ekonomi global! Ketegangan antara Amerika Serikat dan China menunjukkan tanda-tanda mereda. Setelah percakapan penting antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping, kedua negara sepakat untuk melanjutkan perundingan langsung.
Pertemuan tatap muka dijadwalkan berlangsung di London, Inggris, pada Senin, 9 Juni. Tiga tokoh penting dari pemerintahan Trump akan hadir: Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer. Mereka akan berdiskusi dengan perwakilan dari pihak China, yang namanya belum diumumkan.
Presiden Trump sendiri menyatakan optimisme tentang hasil pertemuan ini melalui media sosial. Langkah ini diambil setelah pembicaraan telepon yang jarang terjadi antara kedua pemimpin, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan persaingan terkait mineral-mineral penting.
Kedua negara merasakan tekanan untuk menurunkan tensi. Ekonomi global tertekan akibat kontrol China terhadap ekspor mineral tanah jarang, sementara investor khawatir tentang kebijakan tarif AS terhadap mitra dagang. China juga mengalami pembatasan impor penting dari AS, seperti perangkat lunak desain chip dan suku cadang pembangkit nuklir.
Sebelumnya, AS dan China sempat mencapai kesepakatan 90 hari pada 12 Mei di Jenewa, Swiss, yang mencakup pencabutan sebagian tarif tinggi. Kesepakatan itu sempat memicu pemulihan di pasar saham global. Indeks S&P 500, yang sempat turun hampir 18%, mulai pulih setelah pengumuman penundaan tarif oleh Trump.
Namun, kesepakatan sementara itu belum menyelesaikan semua masalah. Kekhawatiran yang lebih luas terkait hubungan bilateral, mulai dari perdagangan fentanil ilegal hingga status Taiwan, masih menjadi ganjalan. Keluhan AS tentang model ekonomi China yang didominasi negara dan berorientasi ekspor juga terus menjadi sumber pertikaian.
Kebijakan Trump yang sering berubah-ubah terkait tarif telah membingungkan banyak pihak. Beijing melihat ekspor mineral sebagai alat negosiasi penting. Penghentian ekspor mineral dapat menekan Trump secara politik, terutama jika pertumbuhan ekonomi AS melambat karena perusahaan kesulitan memproduksi barang yang membutuhkan mineral tersebut.
AS telah mengidentifikasi China sebagai pesaing geopolitik utama yang mampu menantang AS secara ekonomi dan militer.