Procter & Gamble (P&G), perusahaan raksasa di sektor barang konsumsi, berencana mengurangi sekitar 7.000 posisi karyawan non-manufaktur, setara dengan 15% dari divisi tersebut. Langkah drastis ini merupakan bagian dari program penataan ulang perusahaan yang akan berlangsung selama dua tahun ke depan.
Keputusan berat ini diumumkan oleh Direktur Keuangan P&G, Andre Schulten, dalam sebuah konferensi di Paris. Schulten menekankan bahwa restrukturisasi ini krusial untuk memastikan kinerja perusahaan tetap solid dalam jangka panjang.
Salah satu faktor utama di balik PHK ini adalah dampak tarif impor yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini meningkatkan biaya produksi secara signifikan, memaksa P&G untuk menaikkan harga jual produk.
Selain itu, P&G juga menghadapi tantangan berupa pertumbuhan yang melambat di pasar Amerika Serikat, yang merupakan pasar kunci bagi perusahaan. Pada kuartal ketiga fiskal, penjualan organik di Amerika Utara hanya meningkat sebesar 1%.
Schulten mengungkapkan bahwa P&G akan kembali menaikkan harga produk pada bulan Juli mendatang untuk mengkompensasi kenaikan biaya. Tarif Trump disebut sebagai salah satu penyebab utama gangguan dalam rantai pasokan dan biaya produksi.
Hingga Juni 2024, P&G mempekerjakan sekitar 108.000 karyawan di seluruh dunia. Dengan rencana PHK ini, sekitar 6% dari total tenaga kerja global perusahaan akan terkena dampak selama periode restrukturisasi dua tahun.