Banyak rumah sakit di Indonesia menerapkan aturan pembatasan kunjungan anak-anak ke ruang perawatan pasien. Alih-alih membatasi kedekatan keluarga, kebijakan ini justru berorientasi pada perlindungan kesehatan, baik bagi si anak maupun pasien lainnya.
Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 12 tahun, masih memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap berbagai infeksi yang mungkin beredar di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang diperoleh selama di rumah sakit (infeksi nosokomial) bisa sangat berbahaya bagi anak karena tubuh mereka belum sekuat orang dewasa dalam melawan virus dan bakteri.
Selain itu, kehadiran anak-anak di ruang rawat berpotensi meningkatkan risiko penularan penyakit, baik dari pasien ke anak, maupun sebaliknya. Anak juga berisiko membawa pulang kuman atau virus yang bisa membahayakan anggota keluarga lain di rumah, terutama jika ada yang kondisinya rentan.
Dari sisi psikologis, suasana rumah sakit juga kurang ideal bagi anak-anak. Ruang perawatan yang penuh tekanan, suara alat medis, bau antiseptik, serta kondisi pasien yang mungkin sakit parah, dapat menimbulkan trauma psikologis pada anak.
Keaktifan anak-anak yang sulit dikendalikan juga berpotensi mengganggu kenyamanan pasien lain serta konsentrasi tenaga medis yang sedang bertugas.
Lalu, bagaimana cara menjaga hubungan emosional antara anak dan anggota keluarga yang dirawat? Ada berbagai alternatif yang bisa dilakukan. Membuat video penyemangat, kartu ucapan, atau gambar dari anak bisa menjadi cara yang bermakna untuk menunjukkan dukungan. Beberapa rumah sakit bahkan memiliki kebijakan kunjungan khusus bagi anak dengan pengawasan ketat dan waktu kunjungan yang dibatasi. Selain itu, rumah sakit juga dapat menyediakan ruang tunggu khusus untuk anak-anak, dilengkapi dengan permainan atau aktivitas edukatif agar mereka tetap terhibur selama menunggu.
Penting untuk mengedukasi masyarakat bahwa larangan membawa anak ke ruang rawat bukan berarti menjauhkan mereka dari pasien, melainkan sebagai wujud kasih sayang dan perhatian terhadap kesehatan bersama.
Dengan menjaga anak tetap di luar ruang rawat, kita tidak mengurangi peran mereka dalam proses penyembuhan anggota keluarga yang sakit. Justru sebaliknya, kita menjaga mereka tetap sehat dan terlindungi, sekaligus memberikan ruang bagi pasien untuk fokus pada pemulihan mereka.