Desakan dari pendukung tim nasional China agar pertandingan melawan Timnas Indonesia diulang, menyusul kekalahan 0-1 di Kualifikasi Piala Dunia 2026, mendapat tanggapan dari FIFA. Para suporter merasa dirugikan oleh keputusan wasit selama pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Gol semata wayang yang dicetak Ole Romeny dari titik penalti pada menit ke-45 memastikan kemenangan bagi skuad Garuda. Hasil ini mengamankan posisi Indonesia di putaran keempat kualifikasi, menduduki peringkat keempat Grup C dengan total 12 poin.
Kekalahan ini membuat peluang China untuk melaju ke babak selanjutnya semakin tipis, terpuruk di dasar klasemen dengan hanya mengumpulkan enam poin.
Media Vietnam melaporkan bahwa suporter China mendesak agar Federasi Sepak Bola China (CFA) mengajukan protes kepada AFC atas kepemimpinan wasit Rustam Lutfullin dari Uzbekistan. Mereka menganggap pemberian penalti untuk Indonesia tidak tepat.
Penalti tersebut diberikan setelah Ricky Kambuaya dijatuhkan oleh Yang Zexiang di kotak penalti. Setelah meninjau VAR, wasit tetap pada keputusannya dan memberikan hadiah penalti yang sukses dieksekusi oleh Ole Romeny.
FIFA memiliki aturan yang jelas mengenai pengulangan pertandingan. Menurut Law 5 of the Laws of the Game, keputusan wasit terkait fakta pertandingan, termasuk sah atau tidaknya gol dan hasil akhir, bersifat final. Protes atas keputusan seperti handball, gol yang dianggap tidak sah, atau penalti, tidak bisa menjadi dasar untuk mengulang pertandingan.
FIFA dapat mempertimbangkan pengulangan pertandingan jika terjadi kesalahan administrasi yang serius yang melanggar aturan.
Contohnya, pada pertandingan playoff Kualifikasi Piala Dunia 2006 antara Uzbekistan dan Bahrain, wasit memberikan penalti kepada Uzbekistan, tetapi membatalkannya dan memberikan tendangan bebas kepada Bahrain karena pemain Uzbekistan dianggap bergerak terlalu cepat ke kotak penalti. FIFA kemudian memutuskan pertandingan tersebut diulang karena wasit seharusnya mengulang penalti, bukan memberikan tendangan bebas.
Namun, dalam kasus pertandingan Indonesia melawan China, tidak ada pelanggaran aturan yang cukup signifikan untuk membenarkan pengulangan pertandingan. Dengan demikian, kemungkinan FIFA untuk mengabulkan permintaan suporter China sangat kecil.