Ayah Elon Musk Ungkap Akar Konflik Anaknya dengan Donald Trump: Stres dan Trauma Gedung Putih

Errol Musk, ayah dari Elon Musk, mengungkapkan bahwa perseteruan antara putranya dan mantan Presiden AS Donald Trump berakar dari tekanan berat dan trauma pasca-kejadian (PTSD) yang dialami Elon.

Menurut Errol, Trump kemungkinan akan unggul dalam perselisihan ini. Pemicunya adalah kritik Elon terhadap RUU belanja terbaru yang diajukan oleh pemerintahan Trump, yang dianggapnya berlebihan.

Errol Musk menyatakan bahwa tekanan selama beberapa bulan terakhir di Gedung Putih telah menyebabkan putranya menyerang Trump. Ia juga berpendapat bahwa Elon mungkin melakukan kesalahan dengan menentang mantan presiden tersebut. Pernyataan ini disampaikan Errol di Moskow, di mana ia dijadwalkan berbicara di sebuah forum yang diselenggarakan oleh lingkaran dalam Vladimir Putin.

Ketegangan antara kedua tokoh ini meningkat setelah Elon mengkritik RUU yang diajukan oleh pemerintahan Trump.

"Mereka berdebat tentang RUU itu, dan karena keduanya menderita sedikit PTSD selama beberapa bulan terakhir, mereka mulai saling menyerang," kata Errol. Ia menambahkan bahwa Trump harus melakukan hal tersebut untuk mendapatkan dukungan di Senat dan Kongres.

Menurut Errol, baik Elon maupun Trump telah berada di bawah tekanan besar selama lima bulan terakhir, dan RUU tersebut menjadi titik puncaknya. Ia menggambarkan keduanya sebagai figur yang tersisa di arena, yang sebelumnya fokus melawan oposisi. Kelelahan dan stres yang dialami menjadi faktor pemicu konflik ini.

Elon Musk sebelumnya mengkritik RUU tersebut karena akan memperburuk defisit federal dan berpotensi menjerumuskan negara ke dalam krisis utang. Ia menyebut RUU tersebut sebagai "kekejian yang menjijikkan" di platform X (sebelumnya Twitter).

Situasi memanas ketika Trump menyatakan bahwa ia memperkirakan Elon akan menyerangnya. Elon kemudian mengungkapkan bahwa nama Trump tercantum dalam berkas Jeffrey Epstein milik FBI, meskipun unggahan tersebut kemudian dihapus.

Scroll to Top