Jakarta, 11 Juni 2025 – Kabar baik datang dari London, Inggris, di mana delegasi Amerika Serikat (AS) dan China berhasil mencapai kesepakatan untuk meredakan ketegangan perdagangan yang selama ini menghantui pasar global. Pertemuan yang berlangsung hingga larut malam (10/6/2025) tersebut membuahkan kerangka kerja yang menjanjikan penghapusan beberapa pembatasan ekspor yang diberlakukan AS baru-baru ini.
Menteri Perdagangan AS menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan implementasi dari konsensus yang telah dicapai sebelumnya di Jenewa, serta melalui percakapan telepon antara kedua kepala negara. Kesepakatan ini masih memerlukan persetujuan dari Presiden Trump dan Presiden Xi. Jika disetujui, kerangka kerja tersebut akan segera diimplementasikan.
Senada dengan pernyataan tersebut, Wakil Menteri Perdagangan China juga mengonfirmasi adanya kerangka kerja yang telah disepakati dan akan dibawa kembali ke Washington dan Beijing untuk mendapatkan persetujuan lebih lanjut.
Kesepakatan ini diharapkan dapat mencegah potensi keruntuhan perjanjian Jenewa, yang sebelumnya terancam akibat pembatasan ekspor mineral penting oleh China. Sebagai respons, pemerintahan Trump memberlakukan kontrol ekspornya sendiri yang membatasi pengiriman perangkat lunak desain semikonduktor, bahan kimia, dan barang teknologi lainnya ke China.
Kedua belah pihak memiliki waktu hingga 10 Agustus untuk merundingkan perjanjian yang lebih komprehensif guna meredakan ketegangan perdagangan secara permanen. Jika gagal, tarif akan kembali melonjak secara signifikan, dari sekitar 30% menjadi 145% di pihak AS, dan dari 10% menjadi 125% di pihak China.
Reaksi pasar terhadap berita ini cenderung hati-hati namun positif. Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang mencatatkan kenaikan sebesar 0,2%.
Salah satu poin penting dalam kesepakatan kerangka kerja ini adalah penyelesaian masalah pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan magnet oleh China ke AS. Menteri Perdagangan AS menekankan bahwa hal ini merupakan bagian fundamental dari perjanjian tersebut.
Analis pasar menekankan pentingnya rincian kesepakatan ini, terutama terkait tingkat pasokan logam tanah jarang ke AS, serta kebebasan pengiriman chip produksi AS ke China. Sentimen pasar akan sangat dipengaruhi oleh detail kesepakatan tersebut. Selama pembicaraan tetap konstruktif, aset berisiko diperkirakan akan tetap didukung.