Harga Emas Kembali Berkilau: Inflasi AS Mereda, Timur Tengah Bergejolak

Harga emas kembali menunjukkan taringnya, didorong oleh data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kombinasi dua faktor ini menjadi katalis positif bagi logam mulia.

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas global melonjak 0,94% ke level US$3.353,26 per troy ons, memulihkan diri setelah pelemahan di hari sebelumnya. Tren positif ini berlanjut, dengan harga emas di pasar spot naik 0,34% menjadi US$3.364,79 per troy ons pada Kamis pagi.

Meredanya inflasi AS meningkatkan harapan bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga, mungkin dimulai pada bulan September. Laporan menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS naik 0,1% pada Mei 2025 (month-to-month), di bawah ekspektasi 0,2%. Inflasi inti juga menunjukkan angka yang sama, di bawah perkiraan.

Secara tahunan (year-on-year), inflasi tercatat 2,4%, sedikit di atas angka April (2,3%), namun masih di bawah ekspektasi pasar (2,5%). Kendati demikian, kenaikan ini adalah yang pertama sejak Januari 2025. Penurunan harga energi membantu menahan laju inflasi.

Pelaku pasar kini memperkirakan peluang 68% The Fed akan memangkas suku bunga pada September, berdasarkan data CME FedWatch.

Di sisi lain, meskipun ketegangan perang dagang antara AS dan China mereda, situasi di Timur Tengah justru memanas. AS dikabarkan tengah mempersiapkan evakuasi sebagian staf kedutaannya di Irak karena meningkatnya risiko keamanan.

Irak, yang menjadi tuan rumah bagi 2.500 tentara AS, juga merupakan lokasi bagi faksi bersenjata yang didukung Iran, yang terkait dengan pasukan keamanan Baghdad. AS telah berulang kali mengancam Iran terkait program nuklirnya, dan dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah.

"Pasar ingin melihat emas mencapai titik tertinggi baru-baru ini, di mana emas bisa mencapai di level US$3.403 per troy ons, sebagai sinyal untuk menaikkan harga. Jika kita tidak mengalami reli yang kuat karena data yang mengejutkan, maka itu mungkin menandakan koreksi jangka pendek,"

Scroll to Top