Sebuah penemuan mengejutkan dari penelitian terbaru di Institut Teknologi Israel (Technion) mengungkap bahwa sebagian besar planet di alam semesta ini mungkin hidup sebagai "planet nakal" – planet yang terlempar dari sistem bintangnya dan mengembara sendirian di ruang angkasa.
Fenomena planet nakal ini terjadi karena dinamika gravitasi yang kompleks dalam sistem planet. Saat sistem bintang terbentuk dan berevolusi, interaksi gravitasi antar planet tetangga dapat menyebabkan orbit menjadi tidak stabil. Jika kondisinya tepat, gaya gravitasi ini bisa cukup kuat untuk mendorong sebuah planet keluar dari cengkeraman bintang induknya, mengirimkannya dalam perjalanan solo melintasi galaksi.
Untuk memahami mekanisme ini lebih dalam, para peneliti di Technion menggunakan simulasi komputer canggih. Simulasi ini meniru evolusi sistem planet dari awal hingga miliaran tahun kemudian, memungkinkan ilmuwan melacak pergerakan dan interaksi ribuan planet dalam berbagai konfigurasi sistem.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar planet berpotensi menjadi nakal. Diperkirakan antara 40% hingga 80% planet dapat terlempar keluar, tergantung pada jumlah planet dalam sistem bintang. Angka yang tinggi ini mengisyaratkan populasi planet nakal di alam semesta yang mungkin jauh lebih besar daripada jumlah planet yang terikat pada bintang.
Ejeksi planet ini diperkirakan terjadi dalam 100 juta tahun pertama setelah pembentukan sistem planet. Walau terbilang singkat dalam skala waktu kosmik, simulasi juga menunjukkan bahwa beberapa planet dapat terusir hingga satu miliar tahun setelah kelahirannya. Hal ini menunjukkan ketidakstabilan dinamis dapat berlangsung sangat lama.
Setelah terlepas, planet-planet nakal ini bergerak melalui ruang antarbintang dengan kecepatan relatif lambat, antara 2 dan 6 kilometer per detik. Kecepatan ini jauh lebih rendah dibandingkan kecepatan orbit planet yang terikat pada bintang. Sebagai perbandingan, Bumi mengorbit Matahari dengan kecepatan lebih dari 30 kilometer per detik.
Penelitian ini juga menemukan hubungan antara jumlah planet dalam suatu sistem dan kemungkinan terjadinya ejeksi. Sistem dengan banyak planet cenderung lebih rentan terhadap ketidakstabilan seiring berjalannya waktu. Dalam sistem yang padat, sekitar 70% planet pada akhirnya akan terlempar keluar.
Para ilmuwan berspekulasi bahwa beberapa planet nakal yang lebih besar dapat mempertahankan panas internal mereka selama miliaran tahun melalui peluruhan radioaktif di inti mereka. Panas ini berpotensi menjaga air dalam bentuk cair di bawah lapisan es yang tebal, menciptakan lingkungan yang mungkin mendukung kehidupan mikroba.
Mendeteksi planet nakal secara langsung merupakan tantangan besar. Mereka tidak memancarkan cahaya sendiri dan sulit dideteksi dengan metode tradisional. Namun, para astronom menggunakan teknik microlensing gravitasi untuk mencari keberadaan objek masif yang tidak terikat.
Microlensing terjadi saat sebuah objek masif melintas di depan bintang latar belakang, membengkokkan dan memperbesar cahaya bintang tersebut karena efek gravitasi. Dengan memantau sejumlah besar bintang, para ilmuwan dapat mendeteksi "lensa" singkat yang mungkin disebabkan oleh planet nakal yang lewat.
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang dinamika sistem planet serta keberadaan populasi planet nakal yang tersebar luas di seluruh galaksi. Penelitian di masa depan akan terus mengeksplorasi karakteristik dan potensi habitabilitas dunia-dunia pengembara ini.