Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mendapat sorotan tajam dari Senator Mitch McConnell terkait posisi Amerika Serikat dalam konflik Rusia-Ukraina. Dalam sidang subkomite Alokasi Anggaran Pertahanan Senat, Hegseth dicecar pertanyaan krusial: siapa yang ingin AS menangkan dalam perang tersebut?
McConnell, yang juga mantan pemimpin Partai Republik, memulai dengan menanyakan siapa agresor dan korban dalam konflik tersebut. Hegseth mengakui bahwa Rusia adalah agresor. Namun, ketika ditanya pihak mana yang ingin dimenangkan AS, Hegseth memberikan jawaban yang ambigu.
Ia menyatakan bahwa Presiden AS berkomitmen pada perdamaian, dan perdamaian pada akhirnya melayani kepentingan nasional AS, bahkan jika hasil akhirnya tidak ideal bagi semua pihak. Hegseth enggan menyebut Ukraina sebagai "korban" dan bersikeras bahwa kepentingan AS akan terpenuhi dengan berakhirnya perang, terlepas dari kondisi yang mendasarinya.
Pengakuan Hegseth bahwa Rusia memulai perang muncul di tengah kekecewaan atas kegagalan Presiden Donald Trump dalam menengahi gencatan senjata atau perjanjian damai. Trump sebelumnya mengklaim mampu menyelesaikan konflik dalam 24 jam.
Hegseth juga tidak memberikan jawaban pasti mengenai apakah bantuan militer senilai miliaran dolar yang diberikan kepada Ukraina telah memberikan hasil yang sepadan. Ia hanya memuji keputusan Trump untuk menyediakan rudal antitank Javelin, yang dianggap telah menghambat kemajuan Rusia pada awal invasi tahun 2022.
Hegseth berpendapat bahwa perdamaian yang dinegosiasikan, bahkan jika menguntungkan Rusia, akan membuat Amerika tampak kuat dan menunjukkan pemahaman AS tentang keadaan dunia dan fokusnya. Ia menambahkan bahwa meskipun Rusia adalah agresor dan upaya Ukraina patut dipuji, ada saatnya untuk mengakui realitas di medan perang dan bahwa perdamaian yang dinegosiasikan adalah hasil yang lebih baik untuk menghentikan pembunuhan dan pembantaian.