Teluk Bintuni, Papua Barat menjadi lokasi strategis bagi ketahanan energi Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan betapa krusialnya operasional BP, perusahaan energi asal Inggris, di wilayah ini. Kontribusi dari proyek Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni sangat signifikan, menyumbang sepertiga dari total produksi gas nasional.
Bahlil menekankan pentingnya menjaga kelancaran operasional Kilang LNG Tangguh demi mendukung program swasembada energi dan hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah. Dalam kunjungannya ke fasilitas tersebut pada Rabu, 11 Juni 2025, ia ingin memastikan stabilitas dan peningkatan lifting gas terus terjaga.
Hardi Hanafiah, pimpinan BP Indonesia, menyatakan komitmen perusahaan untuk mendukung pemerintah dalam memenuhi kebutuhan LNG domestik tanpa mengganggu volume ekspor yang telah terikat kontrak. Ia menjelaskan bahwa kontrak LNG memiliki kompleksitas tersendiri, sehingga fleksibilitas tetap diupayakan.
"Kami selalu berusaha mencari solusi agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi tanpa harus mengorbankan komitmen kepada pembeli ekspor. Misalnya, dengan menunda pengiriman atau mengurangi komitmen apabila ada kebutuhan domestik yang mendesak," ujarnya.
Hingga saat ini, BP telah menyalurkan sekitar 15 kargo LNG untuk kebutuhan domestik. Sebagian besar pasokan dari Train 3 Kilang LNG Tangguh dialokasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan PT PLN (Persero).
Kilang LNG Tangguh sendiri memiliki tiga train dengan total kapasitas produksi mencapai 11,4 juta ton per tahun (mtpa), masing-masing train berkontribusi sebesar 3,8 mtpa. Sekitar 75% produksi LNG dari Train 3 dialokasikan untuk PLN. Sejak beroperasi pada tahun 2009, BP telah mengirimkan lebih dari 1.800 kargo LNG kepada pembeli di Asia dan Indonesia, menunjukkan peran vitalnya dalam memenuhi kebutuhan energi, baik di dalam maupun luar negeri.