HIV/AIDS Mengkhawatirkan di Lembata dan Flores Timur: Ratusan Kasus Terdeteksi

Lembata dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menghadapi masalah serius dengan peningkatan kasus HIV/AIDS. Dalam sepuluh tahun terakhir, Lembata mencatat 354 kasus, dengan jumlah penderita laki-laki (178) dan perempuan (176) hampir seimbang.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata menunjukkan fluktuasi kasus setiap tahun. Dimulai dengan 20 kasus pada tahun 2015, angka tersebut sempat menurun, namun kemudian melonjak tajam pada tahun 2023 dengan 88 kasus. Hingga pertengahan tahun 2025, tercatat 19 kasus baru.

Kasus di Lembata tersebar di sembilan kecamatan. Nubatukan menjadi wilayah dengan kasus terbanyak (140), diikuti oleh Omesuri (25) dan Ile Ape (26). Sebagian besar penderita (229 orang) menjalani terapi Antiretroviral (ARV), sementara 43 orang hilang kontak dan 59 orang meninggal dunia.

Kelompok risiko di Lembata beragam, termasuk ibu hamil (20 orang), pasien TBC (55 orang), dan kelompok umum (247 orang). Selain itu, terdapat kasus pada populasi yang lebih rentan seperti homo (19 orang) dan waria (3 orang).

Kondisi serupa juga terjadi di Flores Timur. Pada tahun 2024, terdapat penambahan 26 kasus, dan pada Januari-April 2025 bertambah 9 kasus. Mayoritas penderita HIV/AIDS di Flores Timur berprofesi sebagai nelayan, ibu rumah tangga, ojek, guru, dan wiraswasta.

Kecamatan Larantuka mencatat kasus tertinggi di Flores Timur (191 orang), sementara Wulanggitang memiliki kasus terendah (8 orang). Kelompok usia dewasa (26-30 tahun) mendominasi kasus HIV/AIDS di wilayah ini, diikuti oleh kelompok usia 31-35 tahun.

Scroll to Top