Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menargetkan perolehan dividen tahun ini mencapai US$ 7 miliar, atau setara dengan Rp 120-150 triliun. Dana ini akan dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil di Indonesia.
Menurut CEO Danantara, sebelumnya dividen dari sejumlah BUMN langsung masuk ke kas negara. Dengan adanya Danantara, dana tersebut dapat diinvestasikan kembali pada sektor industri yang menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Danantara akan mengelola aset senilai Rp 15.000 triliun. Pendanaan operasional tidak lagi bergantung pada APBN, melainkan dari dividen BUMN yang dikelola ulang untuk proyek-proyek strategis.
Selain itu, Danantara menyoroti tantangan kualitas tenaga kerja di Indonesia, di mana sebagian besar angkatan kerja hanya berpendidikan SD. Untuk mengatasi hal ini, Danantara memiliki misi ganda, yaitu menciptakan lapangan kerja berkualitas dan meraih keuntungan berkelanjutan.
Diharapkan setiap tahun, generasi muda Indonesia dapat memperoleh pekerjaan yang layak. 80% portofolio investasi Danantara akan difokuskan di dalam negeri, sementara 20% akan diinvestasikan di luar negeri. Strategi ini diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 135 juta dalam lima tahun mendatang.
Investasi ini tidak hanya soal menanam modal, tetapi juga menciptakan nilai tambah dan efisiensi, terutama bagi BUMN yang belum optimal. Danantara akan menjadi jembatan untuk meningkatkan kepercayaan investor asing. Dengan dana yang dimiliki, investasi dapat ditingkatkan 4 hingga 5 kali lipat dari jumlah awal.
Investasi merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi menyumbang 29% bagi pertumbuhan ekonomi, di bawah konsumsi rumah tangga yang sebesar 53%. Dalam 10 tahun terakhir, total investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 9.100 triliun, dan diharapkan meningkat menjadi Rp 13.000 triliun dalam lima tahun ke depan untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2029.