Baru-baru ini, Matahari menunjukkan pemandangan yang cukup mencolok: sebuah lubang besar yang menyerupai mulut yang menganga. Fenomena ini, yang dikenal sebagai lubang koronal, bukanlah lubang fisik di Matahari, melainkan area di mana medan magnet Matahari terbuka, memungkinkan partikel angin Matahari keluar dengan lebih mudah.
Jika kita melihat Matahari menggunakan panjang gelombang optik biasa, lubang koronal ini tidak akan terlihat. Namun, dalam cahaya ultraviolet, area ini tampak sebagai bercak gelap besar, karena suhu dan kepadatan plasmanya lebih rendah dibandingkan area sekitarnya. Saat ini, konfigurasi lubang koronal di permukaan Matahari tampak seperti wajah yang menjerit, dengan "mulut" lebar di belahan selatan dan dua bintik seperti "mata" di utara.
Meskipun penampakan ini mungkin tampak menakutkan, lubang koronal sebenarnya adalah fenomena normal. Angin kencang yang dipancarkannya dapat memicu badai geomagnetik saat partikel-partikel ini bertabrakan dengan magnetosfer Bumi. Namun, badai ini cenderung ringan, berbeda dengan badai dahsyat yang disebabkan oleh lontaran massa koronal (CME) penuh.
Lubang koronal terbentuk akibat letusan partikel kuat yang dipicu oleh penyambungan kembali magnetik di wilayah dengan medan magnet yang lebih kuat. Meski demikian, aktivitas lubang koronal Matahari kali ini diperkirakan tidak akan menghasilkan badai geomagnetik yang signifikan.
Badan meteorologi Inggris, British Met Office, menyatakan bahwa peningkatan angin kencang mungkin berasal dari lubang koronal di cakram selatan. Namun, mereka menambahkan bahwa interaksi ini kemungkinan lemah karena lokasinya yang berada di selatan, dan mungkin hanya membawa periode angin kencang tambahan.
Perlu diingat bahwa Matahari saat ini sedang aktif dengan flare dan lontaran massa koronal. Bumi baru-baru ini mengalami badai geomagnetik G4 yang kuat, yang memicu aurora borealis dan australis spektakuler di garis lintang yang jarang mengalaminya.