Hipertensi Mengintai Generasi Muda Indonesia: Ancaman Serius Bagi Kesehatan Jantung dan Otak

Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yang dulunya dianggap sebagai masalah kesehatan lansia, kini semakin mengkhawatirkan karena menyerang generasi muda Indonesia. Data terbaru menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di kalangan usia 18-34 tahun, sebuah tren yang meningkatkan risiko penyakit serius seperti stroke dan serangan jantung pada usia yang lebih muda.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkapkan bahwa 10,7% individu berusia 18-24 tahun mengalami hipertensi berdasarkan pengukuran tensimeter. Angka ini meningkat signifikan pada kelompok usia 25-34 tahun, mencapai 17,4%. Meskipun demikian, diagnosis dokter menunjukkan angka yang lebih rendah, yaitu 0,4% pada kelompok 18-24 tahun dan 1,8% pada kelompok 25-34 tahun. Perbedaan ini mengindikasikan masih banyak anak muda yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi.

SKI 2023 juga menyoroti provinsi-provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Kalimantan Tengah menempati urutan pertama dengan 38,7%, diikuti Kalimantan Selatan (34,1%) dan Jawa Barat (32,8%). Tren serupa terlihat pada penduduk berusia di atas 18 tahun, dengan Kalimantan Tengah (40,7%), Kalimantan Selatan (35,8%), dan Jawa Barat (34,4%) sebagai provinsi dengan prevalensi tertinggi.

Hipertensi, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dalam arteri, merupakan faktor risiko utama untuk berbagai komplikasi kesehatan yang mematikan. Stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal adalah beberapa konsekuensi serius yang dapat diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Penentuan status hipertensi dalam SKI 2023 didasarkan pada dua kriteria utama: pengakuan responden yang pernah didiagnosis hipertensi oleh dokter, dan hasil pengukuran tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.

Secara keseluruhan, prevalensi hipertensi pada penduduk berusia di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter adalah 8%, sementara berdasarkan pengukuran tekanan darah mencapai 29,2%. Pada penduduk berusia di atas 18 tahun, angka tersebut masing-masing adalah 8,6% dan 30,8%.

"Terdapat kesenjangan pengetahuan yang signifikan mengenai status hipertensi di masyarakat," ungkap seorang pejabat kesehatan, menyoroti perbedaan lebih dari 20 persen antara prevalensi berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok usia. Kesenjangan ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan deteksi dini hipertensi, terutama di kalangan generasi muda, untuk mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius di kemudian hari.

Scroll to Top