Pasar keuangan Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik pada perdagangan kemarin. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menguat. Namun, harapan akan pemulihan IHSG muncul seiring dengan penguatan Wall Street dan bursa Asia lainnya.
Pekan ini, pergerakan IHSG dan rupiah diperkirakan akan sangat fluktuatif. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah ketidakpastian perundingan gencatan senjata antara Iran dan Israel, peningkatan utang luar negeri Indonesia, serta antisipasi investor terhadap kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI).
Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,68% ke level 7.117,59, menandai penurunan selama empat hari berturut-turut. Meskipun demikian, beberapa saham emiten konglomerat berhasil mencatatkan kenaikan, seperti PANI, BRPT, dan DCII. Sebaliknya, saham AMMN dan BBCA menjadi pemberat utama bagi IHSG.
Volatilitas pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan tetap tinggi dalam sepekan ini. Eskalasi konflik antara Iran dan Israel berpotensi memicu arus keluar modal asing, yang dapat menekan IHSG dan rupiah. Selain itu, delapan bank sentral di berbagai negara akan menggelar rapat untuk menentukan kebijakan penting, termasuk bank sentral China, Jepang, Indonesia, AS, Inggris, Turki, Brasil, dan Swiss.
Keputusan suku bunga The Fed dan BI diharapkan dapat menjadi penyeimbang terhadap sentimen negatif dari konflik Israel-Iran. Perang yang berkepanjangan dapat mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih aman (safe haven) seperti emas, yang dapat melemahkan pasar saham.
Di sisi lain, rupiah berhasil menguat 0,18% ke level Rp 16.260/US$. Penguatan ini didorong oleh melemahnya indeks dolar AS akibat serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dan kekhawatiran akan perang dagang.
Dari pasar obligasi, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau melemah 0,60% di level 6,676%, mengindikasikan kembalinya minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara itu, bursa Wall Street berhasil rebound setelah mengalami penurunan pada akhir pekan lalu. Optimisme investor terhadap pengendalian konflik Israel-Iran dan meredanya lonjakan harga minyak menjadi pendorong penguatan tersebut.
Investor juga menantikan keputusan kebijakan moneter The Fed, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah. Pasar uang sebagian besar memperkirakan The Fed baru akan memangkas suku bunga pada bulan September.
Setelah mengalami penurunan, IHSG diperkirakan akan menguat pada perdagangan hari ini, didukung oleh rebound bursa Asia, AS, dan Eropa. Harapan akan gencatan senjata antara Israel dan Iran juga dapat memberikan sentimen positif bagi pasar ekuitas. Namun, investor cenderung akan bersikap wait and see menjelang pengumuman kebijakan suku bunga dari BI dan The Fed.
Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per April 2025 mencapai US$ 431,5 miliar, tumbuh 8,2% (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global. ULN pemerintah tercatat sebesar 208,8 miliar dolar AS, tumbuh 10,4% (yoy), didorong oleh penarikan pinjaman dan peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN domestik. Sementara itu, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,6% (yoy).
Konflik Israel vs Iran: Peluang Gencatan Senjata?
Serangan Israel terhadap lembaga penyiaran negara Iran dan indikasi kerusakan pada pabrik pengayaan uranium terbesar Iran semakin memperburuk konflik. Iran meminta AS untuk memaksakan gencatan senjata dalam perang udara yang telah berlangsung selama empat hari. Teheran meminta bantuan Oman, Qatar, dan Arab Saudi untuk menekan Presiden AS Donald Trump agar menggunakan pengaruhnya terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sebagai imbalan, Iran akan menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi nuklir.
BEI Berencana Menambah Waktu Perdagangan Saham
Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka opsi untuk menambah jam perdagangan saham guna meningkatkan likuiditas pasar modal. Pertimbangan ini juga dilakukan untuk mengoptimalkan layanan bagi investor dengan jam yang berbeda-beda.
Fokus Investor: Suku Bunga BI dan The Fed
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada pekan ini. Banyak investor memperkirakan BI akan menahan suku bunganya setelah menurunkan BI-Rate pada Mei 2025. Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve (The Fed) juga akan digelar, di mana diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan.
Agenda Ekonomi Hari Ini
Berikut adalah sejumlah agenda ekonomi penting hari ini:
- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
- Pengumuman Suku Bunga Bank Sentral Jepang Juni 2025
- Pertemuan FOMC The Fed
- Rilis Realisasi APBN per Mei 2025