Sebuah insiden memilukan terjadi pada 8 Juni 1967, ketika kapal mata-mata Amerika Serikat, USS Liberty, diserang di perairan internasional dekat Semenanjung Sinai. Serangan ini, yang dilakukan oleh sekutu dekat, Israel, menyebabkan puluhan nyawa melayang dan meninggalkan luka mendalam dalam hubungan kedua negara.
Pagi itu, USS Liberty berlayar tanpa pengawalan, tanpa bendera identitas, dan tanpa memberitahu keberadaannya kepada negara lain, termasuk Israel. Misi rahasia untuk mengumpulkan data intelijen selama Perang Enam Hari yang sedang berkecamuk antara Israel dan negara-negara Arab berujung petaka.
Alarm berbunyi ketika radar mendeteksi pesawat tempur mendekat dengan cepat. Sebelum sempat menerima instruksi, pesawat-pesawat itu langsung memberondong kapal dengan tembakan, menewaskan sembilan awak dan melukai lebih dari 70 lainnya, termasuk kapten kapal, William L. McGonagle.
Dalam kebingungan, McGonagle mengira serangan itu berasal dari militer Mesir dan memerintahkan anak buahnya untuk membalas tembakan. Namun, situasi semakin buruk ketika kapal torpedo datang dan meluncurkan beberapa torpedo. Salah satu torpedo menghantam kapal, memicu ledakan dahsyat yang menewaskan 25 awak lagi. USS Liberty berada di ambang kehancuran.
Titik balik terjadi ketika para penyerang menyadari kejanggalan. Kapal yang mereka serang tidak memberikan perlawanan berarti. Ketika sekoci penyelamat berhasil didekati, terlihat jelas lambang Angkatan Laut Amerika Serikat. Kesalahan fatal itu terungkap: mereka telah menyerang kapal milik sekutu sendiri.
Israel kemudian mengakui kesalahan tersebut dan menawarkan kompensasi kepada keluarga korban. Namun, tragedi USS Liberty tetap menjadi noda dalam sejarah hubungan AS-Israel. Banyak pihak merasa bahwa respon pemerintah AS tidak cukup keras, mengingat ini adalah serangan pertama terhadap kapal militer AS sejak Perang Dunia II.
Kerahasiaan misi dan kurangnya komunikasi menjadi faktor kunci dalam insiden tragis ini. Kecurigaan Israel terhadap kapal tak dikenal yang beroperasi di wilayah yang ditutup, ditambah laporan serangan terhadap pasukannya, membuat mereka salah mengira USS Liberty sebagai kapal musuh. Akibatnya, puluhan nyawa melayang dan hubungan diplomatik tegang.