Mengkhawatirkan! Satu dari Empat Anak Muda Akui Pernah Melukai Diri

Jakarta – Sebuah studi terbaru mengungkap fakta mencengangkan: satu dari empat remaja mengaku pernah melakukan tindakan melukai diri sendiri setidaknya sekali dalam hidupnya. Data ini menyoroti tingginya angka kejadian perilaku Non-Suicidal Self Injury (NSSI) atau melukai diri tanpa niat bunuh diri di kalangan generasi muda.

NSSI sendiri meliputi tindakan seperti menyayat (cutting), membakar diri, memukul diri sendiri, atau tindakan lain yang menyebabkan cedera fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia pertama kali anak melakukan NSSI adalah 14 tahun. Pada remaja laki-laki, puncak kedua perilaku ini terjadi sekitar usia 18 tahun.

Temuan Utama Studi:

  • NSSI berulang, yang didefinisikan sebagai melukai diri sendiri sebanyak lima kali atau lebih, dialami oleh 11,6% responden.
  • Metode melukai diri yang paling sering dilakukan adalah cutting, dengan persentase hampir 13,5%. Metode lain yang umum adalah menggaruk, memukul diri sendiri, dan membenturkan kepala ke benda keras.
  • Studi ini melibatkan 2.600 peserta berusia 15 hingga 35 tahun.

Para ahli menekankan bahwa NSSI bukanlah gangguan mental, melainkan sebuah gejala atau tanda adanya permasalahan yang lebih dalam.

"Anak muda mungkin melakukan tindakan menyakiti diri sebagai cara untuk mengatasi luapan emosi atau tekanan yang sangat besar yang sulit mereka kelola dengan cara yang lebih positif," jelas seorang ahli. "Bagi sebagian orang, tindakan ini memberikan kelegaan sementara dari perasaan yang kuat seperti kesedihan, amarah, kecemasan, atau bahkan mati rasa. Ada juga yang menggunakannya sebagai cara untuk mengkomunikasikan tekanan yang mereka alami."

Faktor Risiko yang Teridentifikasi:

Studi ini juga menyoroti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan perilaku melukai diri:

  • Usia yang lebih tua (15-29 tahun).
  • Tingkat pendidikan yang rendah.
  • Mengalami gejala depresi dan kecemasan yang parah atau sangat parah.
  • Ketidakpuasan terhadap citra tubuh. Individu yang tidak puas dengan tubuhnya cenderung kurang peduli dalam melindungi tubuhnya, yang pada akhirnya meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Sikap acuh tak acuh ini memudahkan mereka untuk terlibat dalam perilaku melukai diri sendiri saat menghadapi tekanan emosional yang berat.

Menyikapi temuan ini, para peneliti menekankan pentingnya pelatihan bagi guru dan konselor di sekolah agar mereka dapat mengenali tanda-tanda NSSI dan meresponsnya dengan tepat. Mereka juga menyerukan adanya program pencegahan, seperti program peningkatan ketahanan mental bagi anak muda dan pelatihan strategi penanganan emosi yang lebih sehat.

Penting: Depresi dan keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segera hubungi profesional seperti psikolog atau psikiater. Layanan konsultasi kesehatan jiwa tersedia di berbagai platform.

Scroll to Top