Banyak yang salah paham, mengira cacar api hanya mengintai mereka yang berusia lanjut. Faktanya, penyakit yang juga dikenal sebagai herpes zoster ini bisa menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga dewasa. Mitos bahwa cacar api hanya menghampiri usia 50 tahun ke atas adalah keliru.
Penyebab cacar api adalah virus varicella zoster, virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak hilang sepenuhnya, melainkan bersembunyi dalam kondisi tidak aktif di sistem saraf tubuh. Saat sistem kekebalan tubuh melemah, virus ini dapat aktif kembali dan menyebabkan cacar api.
Penularan cacar api terjadi melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuhan pada penderita. Perlu diingat, cacar api hanya bisa dialami oleh orang yang pernah terinfeksi cacar air sebelumnya. Jadi, jika belum pernah terkena cacar air, Anda tidak mungkin langsung terkena cacar api.
Sayangnya, satu dari tiga orang berpotensi mengalami cacar api sepanjang hidupnya, terutama mereka yang memiliki riwayat cacar air. Cacar api berbeda dengan cacar air. Cacar api tidak menular melalui udara seperti batuk atau bersin. Penyakit ini juga bukan sekadar alergi atau ruam biasa, melainkan infeksi virus yang bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti demam, lemas, sakit kepala, dan nyeri otot.
Gejala cacar api biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu, namun komplikasinya bisa bertahan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Gejala khasnya adalah ruam atau lepuhan berisi cairan yang hanya muncul pada satu sisi tubuh dan seringkali disertai rasa nyeri atau panas.
Cacar api memerlukan pengobatan dan tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Kabar buruknya, penyakit ini bisa menular dan seseorang bisa mengalaminya lebih dari satu kali. Oleh karena itu, penting untuk menjaga daya tahan tubuh dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala cacar api.