Zaskia Adya Mecca berbagi kisah tentang taktik cerdik yang ia dan rombongannya lakukan untuk menghindari penangkapan dan deportasi saat mengikuti aksi solidaritas Global March to Gaza di Mesir. Mereka terpaksa menyamar sebagai turis biasa agar tidak menarik perhatian pihak berwajib.
Melalui unggahan di Instagram, Zaskia mengungkapkan bahwa dirinya terus diawasi oleh intelijen dan dikawal ketat oleh polisi, bahkan setelah pindah ke hotel mewah. Usaha untuk bergabung dengan peserta long march lainnya menuju Ismailia, lokasi aksi, kandas karena seluruh akses keluar dari Kairo ditutup.
"Panitia sudah memutuskan untuk bergerak ke Ismailia, namun semua jalan keluar telah diblokir," tulis Zaskia. "Mereka juga mencari celah untuk menahan atau memulangkan kami. Oleh karena itu, teman-teman di Kairo menyarankan agar kami menghentikan aktivitas long march dan tidak mengunggah apapun sampai kami keluar dari kota ini."
Menurut Zaskia, pihak keamanan setempat secara terbuka menyatakan bahwa setiap kelompok yang terdiri dari lebih dari lima orang akan diawasi selama seminggu penuh. Kondisi ini membatasi pergerakan mereka, seolah-olah menjadi tahanan hotel.
"Hari ini menjadi tahanan hotel," ungkap istri sutradara Hanung Bramantyo tersebut. "Mereka bilang karena situasi Kairo sedang tidak kondusif, maka grup kami yang lebih dari lima orang akan terus diikuti selama 1 minggu. Di mana pun dan kapan pun."
Untuk menjaga keamanan, mereka akhirnya memutuskan untuk berpura-pura menjadi wisatawan. Mereka bahkan ikut naik kapal menyusuri Sungai Nil agar terlihat seperti sedang berlibur.
"Karena kami berpura-pura menjadi turis, jadi harus terlihat seperti piknik sungguhan. Naik kapal di Sungai Nil," ujarnya.
Meskipun kecewa karena tidak bisa mengikuti agenda utama secara langsung, Zaskia menegaskan bahwa semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina tidak akan surut.
"Tentu saja sedih, tapi tidak patah semangat! Karena perjuangan justru baru dimulai. Kami tidak akan lelah mencoba segala cara untuk kemerdekaan Palestina," tegasnya.
Situasi siaga di Kairo menyebabkan banyak peserta Global March to Gaza tidak dapat mencapai titik kumpul. Zaskia menyebutkan bahwa hanya kurang dari 30 persen peserta yang berhasil melewati pos pemeriksaan di Ismailia. Sisanya mengalami nasib serupa: diblokir, ditahan, atau bahkan dideportasi.
"Tidak sampai 30 persen peserta long march yang bisa sampai check point. Banyak yang mengalami hal serupa seperti kami, bahkan juga ditahan dan dideportasi," tuturnya. "Intinya mereka menahan semua pergerakan dari Kairo menuju Ismailia. Apa yang terjadi pada kami, dialami oleh banyak peserta lain juga ternyata."