Kondisi Genting Ayatollah Khamenei: Kehilangan Sekutu dan Meningkatnya Risiko Kesalahan Strategis

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menghadapi situasi yang semakin pelik. Serangan udara Israel telah merenggut nyawa sejumlah penasihat militer dan keamanan terdekatnya, menciptakan kekosongan besar dalam lingkaran kekuasaan yang selama ini menjadi sandarannya. Hilangnya tokoh-tokoh kunci ini meningkatkan potensi kesalahan strategis dalam pengambilan keputusan penting.

Sumber-sumber internal menyebutkan kondisi ini "sangat berbahaya" bagi stabilitas internal dan pertahanan Iran. Sejumlah komandan militer senior, termasuk tokoh penting dari Garda Revolusi, dikabarkan gugur sejak pertengahan Juni lalu. Mereka adalah bagian dari kelompok penasihat elite yang terdiri dari sekitar 15 hingga 20 tokoh yang rutin dikumpulkan oleh kantor Khamenei untuk membahas isu-isu strategis nasional. Para penasihat ini dikenal memiliki kesetiaan mutlak kepada Khamenei dan ideologi Republik Islam.

Khamenei, yang kini berusia 86 tahun, dikenal sangat berhati-hati dan skeptis terhadap Barat. Ia memegang komando tertinggi atas angkatan bersenjata Iran dan memiliki wewenang untuk menunjuk atau mencopot pejabat tinggi negara. Meskipun dikenal tegas, Khamenei selalu mempertimbangkan berbagai sudut pandang dari para penasihatnya sebelum mengambil keputusan penting. Kemampuan Khamenei dalam menghitung untung-rugi secara strategis, dengan prioritas utama kelangsungan hidup rezim, menjadi kunci keberhasilannya selama ini.

Di tengah ketegangan yang meningkat, pengaruh putra Khamenei, Mojtaba, semakin dominan dalam proses pengambilan keputusan. Ia membangun peran lintas faksi dan organisasi serta menjalin kedekatan dengan Garda Revolusi, memberinya pengaruh signifikan dalam lingkaran politik dan keamanan.

Kehilangan komandan-komandan senior Garda Revolusi merupakan pukulan telak bagi Khamenei. Sejak menjadi pemimpin tertinggi pada tahun 1989, Khamenei menempatkan Garda di pusat kekuasaan sebagai alat pengamanan dalam negeri dan ekspansi pengaruh di kawasan. Garda Revolusi melapor langsung ke Khamenei dan memiliki akses ke peralatan militer terbaik.

Saat Iran menghadapi salah satu periode paling genting dalam sejarahnya, Khamenei harus bergerak dengan sumber daya dan jaringan yang telah terpangkas. Situasi diperburuk dengan hilangnya sekutu regional penting, termasuk pemimpin Hizbullah dan jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah.

Scroll to Top