Tasikmalaya mencatat peningkatan kasus HIV yang mengkhawatirkan. Sejak Januari 2004 hingga Mei 2025, total kumulatif kasus mencapai 1.435. Peningkatan ini juga berakibat pada meninggalnya 8 orang.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terus menggencarkan skrining. Hingga kini, sebanyak 167.893 orang telah menjalani pemeriksaan. Dari Januari hingga Mei 2025 saja, 16.374 orang diskrining dan ditemukan 74 kasus positif baru, dengan 8 kematian dilaporkan.
Data menunjukkan bahwa kelompok usia 21-30 tahun menyumbang kasus terbanyak (54%), diikuti usia 31-40 tahun (22%). Kasus pada usia 1-10 tahun dan 11-20 tahun juga tercatat, masing-masing 1 dan 11 kasus. Hubungan sesama jenis laki-laki (LSL) menjadi faktor risiko utama, terutama di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pekerja.
Peningkatan signifikan kasus HIV terlihat sejak tahun 2022. Tercatat 145 kasus pada tahun 2022 dan 2023, meningkat menjadi 169 kasus pada tahun 2024, dan 74 kasus hingga Mei 2025. Kelompok risiko tinggi meliputi LSL, waria, pekerja seks perempuan (WPS), serta usia produktif secara umum.
Wilayah dengan kasus tertinggi adalah Kecamatan Cihideung dan Tawang (masing-masing 186 kasus), diikuti Cipedes (144 kasus). Meski demikian, kasus tersebar di berbagai kecamatan. Bahkan, ditemukan kasus pada bayi usia 1 tahun yang terpapar sejak lahir. Dinas Kesehatan memberikan obat antiretroviral (ARV) secara gratis kepada pasien.
Peningkatan kasus ini menjadi perhatian utama karena dominasi usia produktif. Upaya pencegahan terus dilakukan dengan pemeriksaan rutin pada kelompok berisiko tinggi, termasuk ibu hamil. Dari seluruh pemeriksaan, laki-laki mendominasi dengan 85% kasus, sementara perempuan 15%.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mungkin tidak merasakan gejala awal, tetapi kekebalan tubuhnya menurun, sehingga rentan terhadap infeksi. Penularan HIV tidak terjadi melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, berpelukan, atau berbagi alat makan. Virus ini menular melalui cairan tubuh, darah, air susu ibu, sperma, dan cairan vagina.