PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) menghadapi tantangan dengan rasio kredit bermasalah (NPL) yang cukup tinggi pada kuartal I-2025. NPL gross tercatat sebesar 10,89%, naik dari 10,26% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, NPL net berada di level 1,48%, meningkat dari 0,84%.
SVP of Finance Amar Bank, David Wirawan, menjelaskan bahwa tingginya NPL gross ini disebabkan oleh fokus bank pada segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini kurang terlayani oleh industri perbankan. Menurutnya, melayani segmen ini membawa profil risiko yang berbeda.
"Kami terus belajar dan berupaya menemukan cara terbaik untuk melayani segmen UMKM," ujarnya saat public expose di Jakarta, Selasa (17/6/2025). Ia optimis bahwa NPL akan menurun seiring dengan pertumbuhan jumlah nasabah UMKM di bank digital tersebut.
Meskipun NPL gross tinggi, David menekankan bahwa Amar Bank mengelola risiko kredit dengan hati-hati dan menerapkan pricing yang sesuai, sehingga NPL net tetap terjaga rendah. Kredit bermasalah terutama berasal dari segmen mikro, dan Amar Bank terus mempelajari penetapan suku bunga yang tepat untuk segmen ini.
"Kami telah menentukan pricing yang tepat dan terus belajar. Pengalaman menghadapi masa sulit seperti pandemi Covid-19 telah meningkatkan model pengelolaan risiko kami selama 10 tahun terakhir. Kami yakin dapat terus meningkatkan pertumbuhan kredit di tahun-tahun mendatang," tambahnya.
Amar Bank belum merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini. Pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit belasan persen pada akhir tahun 2025.
"Di saat ekonomi lesu, kami justru akan berusaha membantu perekonomian Indonesia dengan cara menumbuhkan kredit," pungkas David.