Sebuah terobosan monumental dalam ilmu kebumian baru saja terjadi. Ilmuwan berhasil mengungkap bahwa batuan padat di kedalaman sekitar 3.000 kilometer di bawah permukaan Bumi ternyata mengalir secara horizontal. Penemuan ini mematahkan asumsi lama dan memecahkan teka-teki geologis yang membingungkan para peneliti selama lebih dari setengah abad.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa batuan di lapisan D", zona antara mantel dan inti luar Bumi, tidaklah statis. Sebaliknya, batuan tersebut mengalami aliran lambat dalam keadaan padat, bukan sebagai magma cair seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Temuan ini memberikan penjelasan atas perilaku aneh gelombang seismik di lapisan D". Selama bertahun-tahun, ilmuwan mengamati bahwa gelombang gempa tiba-tiba mempercepat lajunya saat melewati zona ini, namun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami.
Eksperimen laboratorium dan simulasi komputer terkini menunjukkan bahwa kristal post-perovskit, mineral utama di mantel, berbaris searah ketika terpapar tekanan dan suhu ekstrem yang serupa dengan kondisi di lapisan D". Penyelarasan ini meningkatkan kekerasan mineral, sehingga menjelaskan percepatan gelombang seismik.
Lalu, apa yang mendorong kristal-kristal ini untuk menyelaraskan diri? Jawabannya terletak pada aliran horizontal batuan padat di dalam mantel. Jenis pergerakan ini sebelumnya hanya sebatas hipotesis, namun kini berhasil dibuktikan secara empiris di laboratorium.
Penemuan ini menandai perubahan besar dalam pemahaman kita tentang interior Bumi. Fakta bahwa batuan padat dapat mengalir di kedalaman yang luar biasa menunjukkan adanya sistem dinamis yang tidak hanya menggerakkan lempeng tektonik dan gunung berapi, tetapi juga berpotensi mempengaruhi medan magnet Bumi.
Implikasi dari penemuan ini sangat luas. Ilmuwan kini dapat mulai memetakan arus tersembunyi di bagian terdalam Bumi, mesin tak terlihat yang menggerakkan planet kita. Penemuan ini membuka babak baru dalam eksplorasi interior Bumi dan mekanisme fundamental yang membentuk planet kita.
