Harga emas global melonjak fantastis tahun ini, mengungguli aset-aset aman tradisional seperti yen Jepang, franc Swiss, bahkan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Di tengah gejolak geopolitik dan keraguan terhadap kesehatan fiskal AS, daya pikat emas sebagai aset lindung nilai (safe haven) semakin bersinar.
Keunggulan Emas: Bebas dari Kewajiban Pemerintah
Kunci daya tarik emas terletak pada independensinya. Emas tidak mewakili kewajiban pihak manapun. Berbeda dengan membeli obligasi pemerintah atau mata uang, yang pada dasarnya berarti membeli ekonomi suatu negara, emas berdiri sendiri tanpa terikat janji atau utang.
Kinerja Aset Safe Haven Lainnya: Dolar Melemah, Emas Melambung
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya, merosot hampir 10% sepanjang tahun ini. Sementara itu, mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss memang menguat, masing-masing sekitar 8% dan 10% terhadap dolar.
Namun, emas tetap menjadi yang terdepan. Harga emas dunia telah melonjak sekitar 30% sepanjang tahun ini, mencapai rekor tertinggi di atas US$3.500 per troy ons pada bulan April dan saat ini diperdagangkan di sekitar US$3.403,09 per troy ons.
Ketidakpastian Memicu Permintaan Emas
Permintaan emas didorong oleh meningkatnya ketidakstabilan global, terutama perkembangan di Timur Tengah. Muncul pula kekhawatiran terhadap masa depan dolar AS dan pasar obligasi pemerintah AS, yang mendorong minat terhadap aset aman seperti emas.
Meskipun secara historis dolar dan obligasi pemerintah AS dianggap sebagai perlindungan finansial, kini muncul keraguan. Kebijakan yang tidak stabil di AS turut menggoyahkan kepercayaan terhadap aset-aset negara adidaya tersebut.
Mengapa Emas Menonjol?
Emas kebal terhadap masalah utang yang membebani mata uang lainnya. Sikap fiskal yang longgar oleh AS dan negara-negara lain, meskipun pasar pendapatan tetap memberikan sinyal bahaya atas pertumbuhan utang yang tak terkendali, juga menjadi alasan emas lebih dilirik.
Masalah struktural yang berkelanjutan di Jepang, yang menyebabkan yen melemah karena perbedaan suku bunga dengan negara lain, turut memengaruhi kinerja yen sebagai aset aman. Begitu pula dengan franc Swiss, di mana bank sentral Swiss mungkin mencoba mencegah arus safe haven yang membuat franc kurang kompetitif.
Emas: Pasar Likuid, Apolis, dan Bernilai Intrinsik
Emas menonjol karena merupakan pasar likuid yang besar dan bersifat apolitis. Tidak seperti aset lain yang diterbitkan oleh pemerintah, emas bukan mata uang fiat. Pasokan emas dibatasi oleh alam, dan tidak terkait dengan risiko politik tertentu.
Emas juga memiliki nilai intrinsik dan tidak mengandung risiko rekanan, tidak seperti obligasi negara atau mata uang fiat. Ini berarti investor tidak perlu bergantung pada pemerintah atau pihak swasta untuk membayar kupon atau melunasi utang.
Pembelian emas secara besar-besaran oleh bank sentral global juga meningkatkan daya tariknya. Bank sentral menambah 1.044,6 ton emas bersih ke cadangan mereka pada tahun 2024, menandai tahun ketiga berturut-turut pembelian melampaui angka 1.000 ton. Bank Sentral Eropa bahkan melaporkan bahwa emas menyalip euro sebagai aset cadangan terbesar kedua.