Yogyakarta Giatkan Program Pengendalian HIV/AIDS Terpadu untuk Capai Target SDGs 2030

Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan apresiasi tinggi kepada Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat (UPKM) Bethesda YAKKUM atas dedikasi dan kontribusinya dalam menjalankan Program Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS sejak tahun 2019. Program ini dipandang krusial untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, khususnya mengakhiri epidemi HIV/AIDS dan infeksi menular seksual.

Wali Kota Yogyakarta menekankan pentingnya strategi "jalur cepat" atau fast track, dengan target 95-95-95. Target ini mencakup 95% orang dengan HIV mengetahui statusnya, 95% dari yang terdiagnosis mendapatkan terapi ARV, dan 95% dari mereka yang menjalani terapi ARV mencapai supresi virus.

Data menunjukkan terdapat 1.425 kasus HIV di Yogyakarta, dengan 337 diantaranya telah menjadi AIDS. Meski belum masuk kategori epidemi besar, Wali Kota mengingatkan bahwa masalah ini tidak boleh dianggap enteng dan memerlukan penanganan yang serius dan sistematis.

Fokus utama adalah pemutusan rantai penularan pada kelompok berisiko tinggi. Pemetaan ulang populasi berisiko setelah relokasi kawasan Bong Suwung menjadi prioritas untuk memastikan jangkauan layanan tetap optimal. Wali Kota juga menyoroti keluhan masyarakat, terutama dari luar kota, terkait biaya skrining HIV dan mendorong kolaborasi lintas lembaga untuk menyediakan layanan skrining gratis, khususnya di wilayah berisiko tinggi.

Selain HIV, bahaya penyakit tuberkulosis (TBC) sebagai infeksi sekunder pada penderita HIV juga menjadi perhatian. Kasus bayi usia enam bulan yang positif TB dan HIV menunjukkan pentingnya deteksi dini pada ibu dan bayi sejak awal. Skrining pada ibu hamil dan penguatan layanan di Puskesmas perlu ditingkatkan.

Saat ini, Gedongtengen menangani 376 pasien dan Tegalrejo sekitar 200 pasien secara rutin, semuanya mendapatkan terapi ARV gratis. Layanan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) juga tersedia bagi mereka yang berisiko tinggi namun belum positif, sebagai bentuk pencegahan dini. Wilayah Umbulharjo 1 akan menjadi fokus intervensi berikutnya. Edukasi tentang seks aman, penggunaan alat pelindung, dan perubahan perilaku tetap menjadi tantangan yang perlu dikerjakan bersama dengan pendekatan yang sensitif dan berbasis komunitas.

Direktur UPKM Bethesda YAKKUM menegaskan komitmen lembaganya dalam memperkuat dan melanjutkan program ini. Melalui pendekatan pelayanan kesehatan primer yang dikenal sebagai rumah sakit tanpa dinding, UPKM fokus pada pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Program pengendalian HIV telah dijalankan bersama mitra sejak 2019 dan telah mencapai berbagai capaian, mulai dari kebijakan yang berpihak, peningkatan layanan yang ramah terhadap kelompok rentan, hingga penurunan stigma di masyarakat.

Dalam kegiatan refleksi, empat agenda utama menjadi fokus bersama: merefleksikan praktik baik selama enam tahun pelaksanaan program, meneguhkan keberlanjutan program Warga Peduli HIV/AIDS (WPA), menyelenggarakan pasar komunitas, serta memastikan dukungan pemangku kepentingan dalam keberlanjutan program pengendalian HIV dan AIDS ke depan.

Project Manager Program Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS di UPKM YAKKUM Bethesda menjelaskan bahwa pada tahun 2019, pihaknya melakukan pembentukan ulang dan pengorganisasian WPA di delapan kelurahan. Tantangan utama adalah mengubah stigma negatif terhadap ODHIV melalui edukasi langsung oleh WPA dan melibatkan ODHIV untuk berbagi testimoni. Diharapkan WPA tidak hanya menjadi agen edukasi, tetapi juga mampu mandiri secara ekonomi.

Scroll to Top