Konektivitas internet di Iran dilaporkan mengalami gangguan parah pada hari Selasa (17/2/2025), bertepatan dengan serangan yang dilancarkan Israel. Laporan dari pemantau jaringan global, Kentik dan Netblocks, mencatat penurunan drastis koneksi internet di negara tersebut sekitar pukul 17:30 waktu setempat, menyebabkan warga kesulitan mengakses informasi daring.
Pembatasan ini diduga kuat sebagai keputusan pemerintah Iran. Akibatnya, bahkan penggunaan VPN yang biasa digunakan untuk mengakses situs-situs asing pun terhambat. Data dari Cloudflare menunjukkan bahwa dua penyedia jaringan seluler utama di Iran mengalami pemutusan layanan sejak Selasa lalu.
Situasi ini mendorong banyak pihak untuk menyerukan agar Starlink, layanan internet satelit milik Elon Musk, dapat menyediakan akses internet bagi masyarakat Iran. Musk merespons dengan indikasi positif.
Namun, pemerintah Iran telah melarang penggunaan terminal Starlink. Media pemerintah juga memperingatkan bahwa penggunaan layanan tersebut berpotensi membantu Israel dalam melancarkan serangan.
Sebelumnya, Iran pernah melakukan tindakan serupa saat terjadi kerusuhan sipil, termasuk pada tahun 2019 ketika pemerintah mematikan internet secara total untuk menekan aksi demonstrasi.
Sejumlah aplikasi populer seperti WhatsApp, Instagram, Apple App Store, dan Google Play Store juga telah diblokir di Iran. Terbaru, pemerintah setempat meminta warga untuk menghapus aplikasi WhatsApp atas tuduhan memberikan informasi kepada Israel.
Meskipun diblokir, masyarakat Iran masih berupaya mengakses aplikasi-aplikasi tersebut melalui proxy atau VPN. WhatsApp sendiri telah membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa aplikasinya menggunakan enkripsi end-to-end untuk melindungi privasi pengguna.
"Kami tidak melacak lokasi persis Anda, kami tidak menyimpan catatan tentang siapa saja yang mengirim pesan dan tidak melacak pesan pribadi yang dikirim orang satu sama lain," tegas WhatsApp. "Kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah manapun."