China kembali menyuarakan kekhawatirannya yang mendalam atas meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, secara tegas menyatakan keprihatinannya atas tindakan Israel yang dinilai memicu eskalasi konflik di Timur Tengah.
Wang Yi menyampaikan bahwa Beijing khawatir situasi ini akan "lepas kendali," sebuah ungkapan yang mengisyaratkan potensi dampak yang lebih luas dan sulit dikendalikan dari konflik tersebut. Kekhawatiran ini disampaikan dalam percakapan telepon terpisah dengan Menteri Luar Negeri Mesir dan Oman.
Dalam pembicaraan dengan mitranya dari Oman, Wang Yi menekankan urgensi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata sebagai "prioritas utama" dan menyerukan agar kedua negara tidak tinggal diam menyaksikan kawasan tersebut terjerumus ke dalam jurang yang tidak pasti.
Eskalasi konflik ini ditandai dengan serangan balasan antara Israel dan Iran, yang memasuki hari keenam. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan konflik berkepanjangan yang dapat melanda seluruh Timur Tengah.
Konflik dipicu oleh serangan Israel yang bertujuan melumpuhkan program nuklir Iran, yang diklaim dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal. Klaim ini dibantah oleh Iran, yang menyatakan program nuklirnya bertujuan untuk keperluan sipil. Iran kemudian melancarkan serangan balasan yang menyasar sejumlah titik di Tel Aviv dan Haifa.
Sementara negara-negara besar dunia lainnya berupaya mencari solusi damai, Amerika Serikat menyerukan "penyerahan tanpa syarat" Iran, bahkan mengisyaratkan kemungkinan keterlibatannya dalam konflik tersebut.
Menanggapi hal ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa negaranya tidak akan pernah menyerah dan memperingatkan AS tentang "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki" jika melakukan intervensi. Di sisi lain, Israel mengklaim telah menghancurkan markas besar keamanan internal di Teheran.