Rupiah Tertekan Konflik Timur Tengah, Level Rp16.500 Mengintai

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami gejolak di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah. Data menunjukkan rupiah melemah cukup dalam pada perdagangan kemarin, tergerus 0,58% hingga mencapai Rp16.390 per dolar AS. Pelemahan ini menjadi yang terdalam dalam sebulan terakhir setelah sebelumnya rupiah relatif stabil di kisaran Rp16.200.

Secara teknikal, pergerakan rupiah menunjukkan tantangan baru. Gap up yang belum tertutup menjadi resistance terdekat di level Rp16.510 per dolar AS. Sementara itu, support yang perlu diperhatikan berada di Rp16.210 per dolar AS, mengacu pada garis horizontal dari titik terendah candle pada 23 Mei 2025 dan bertepatan dengan MA200 daily.

Para analis sepakat bahwa volatilitas rupiah saat ini didominasi oleh faktor-faktor eksternal. Ketidakpastian terkait situasi antara Israel dan Iran, serta keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga menjadi pemicu utama. Sentimen risk-off akibat geopolitik mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti dolar AS dan emas.

Indeks dolar AS (DXY) sempat mengalami kenaikan signifikan, bahkan sempat menyentuh level di atas 98 pada 17 Juni lalu. Koreksi tipis yang terjadi kemarin belum cukup untuk meredakan tekanan terhadap rupiah.

Pelemahan rupiah juga sejalan dengan penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi hampir 2% dan kembali terperosok di bawah level 7000. Aksi jual oleh investor asing mencapai Rp1,25 triliun, turut memperburuk sentimen pasar. Penurunan IHSG ini dipicu oleh aksi profit taking setelah reli panjang dan pasca pembagian dividen, serta dipengaruhi oleh perkembangan situasi global, khususnya geopolitik.

Scroll to Top