TEL AVIV – Pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai penundaan pernikahan putranya, Avner, akibat perang dengan Iran, menuai kecaman luas. Netanyahu mengklaim penundaan tersebut sebagai "pengorbanan pribadi" yang dilakukan keluarganya di tengah situasi genting.
Alih-alih simpati, pernyataan Netanyahu justru dianggap tidak sensitif dan egois oleh banyak warga Israel.
Dalam pidatonya di depan Soroka Medical Center, yang rusak akibat serangan rudal Iran di Be’er Sheva, Netanyahu membandingkan situasi Israel saat ini dengan "The Blitz" di Inggris selama Perang Dunia II. Dia kemudian menyinggung penundaan pernikahan putranya sebagai contoh pengorbanan yang telah dilakukan keluarganya. Netanyahu bahkan menyebut istrinya, Sara, sebagai "pahlawan" karena menanggung kekecewaan akibat penundaan tersebut.
Komentar Netanyahu, yang disampaikan dengan latar belakang rumah sakit yang rusak, memicu gelombang kritik di media sosial dan di seluruh spektrum politik Israel. Banyak yang menuduh Netanyahu tidak peduli dengan realitas perang dan lebih mengutamakan citra dirinya daripada penderitaan masyarakat.
Kemarahan publik semakin meningkat setelah laporan mengenai rencana Netanyahu untuk mengambil cuti demi pernikahan putranya, meskipun konflik sedang berlangsung dan ancaman protes antipemerintah terus berlanjut. Pernikahan tersebut awalnya direncanakan pada bulan November, namun dibatalkan karena alasan keamanan.
Anat Angrest, seorang ibu yang putranya disandera di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, mengungkapkan kekecewaannya. Anggota Knesset dari Partai Demokrat, Gilad Kariv, menyebut Netanyahu sebagai "narsisis tanpa batas". Jurnalis Amir Tibon juga mengkritik Netanyahu, dengan mengatakan bahwa sang perdana menteri lebih peduli pada dirinya sendiri daripada memberikan contoh yang baik di saat-saat sulit seperti ini.