Konflik antara Israel dan Iran terus memanas, dan Hizbullah, kelompok berpengaruh di Lebanon, menegaskan bahwa mereka tidak akan bersikap netral. Pernyataan ini muncul setelah peringatan dari Amerika Serikat agar Hizbullah tidak terlibat dalam konflik tersebut.
Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan bahwa kelompoknya akan bertindak sesuai dengan penilaian mereka dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "agresi brutal Israel-Amerika". Hizbullah sendiri dikenal sebagai sekutu dekat Iran di kawasan Timur Tengah.
Ketegangan antara Hizbullah dan Israel telah meningkat sejak akhir tahun lalu, ditandai dengan pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, oleh Israel. Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah disetujui, serangan Israel masih terus terjadi di wilayah selatan Lebanon, yang merupakan basis kekuatan Hizbullah.
Menanggapi potensi keterlibatan Hizbullah dalam konflik yang lebih luas, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan peringatan keras. Ia mendesak para pemimpin Lebanon untuk berhati-hati dan menyadari bahwa Israel telah kehilangan kesabaran terhadap ancaman terorisme. Katz bahkan mengancam bahwa keberadaan Hizbullah akan terancam jika kelompok tersebut terlibat dalam tindakan teror.
Situasi ini menempatkan Lebanon dalam posisi yang sangat berbahaya, di mana ancaman perang antara Israel dan Hizbullah semakin nyata. Implikasi dari konflik yang lebih luas dapat berdampak besar pada stabilitas regional dan global.