Jakarta – Baoxia Liu, seorang warga negara Tiongkok, kini menjadi target perburuan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat. Ia diduga terlibat dalam skema pengiriman komponen elektronik buatan AS ke Iran.
Departemen Luar Negeri AS menuduh Liu, yang juga dikenal sebagai Emily Liu, menggunakan sejumlah perusahaan di Tiongkok sebagai perantara untuk mengirimkan komponen elektronik tersebut ke entitas yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Komponen-komponen ini diyakini akan digunakan dalam produksi drone, sistem rudal balistik, serta keperluan militer lainnya di Iran.
"IRGC dan para pendukungnya menghasilkan dan memindahkan jutaan dolar ke seluruh dunia dengan mendirikan dan mengandalkan perusahaan kedok untuk mendapatkan teknologi canggih guna menghindari sanksi dan kontrol perdagangan," ungkap pernyataan Deplu AS.
Liu dan rekan-rekannya dituduh memberikan informasi menyesatkan kepada perusahaan-perusahaan AS, yang mengakibatkan ekspor komponen tersebut ke perusahaan Tiongkok tanpa sepengetahuan bahwa tujuan akhirnya adalah Iran. Akibatnya, sejumlah besar produk AS telah diekspor ke perusahaan yang terkait dengan IRGC, seperti Shiraz Electronics Industries (SEI) dan Rayan Roshd Afzar.
Deplu AS meyakini bahwa IRGC dan Kementerian Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata Iran (MODAFL) memanfaatkan teknologi AS ini untuk mengembangkan dan memproduksi senjata dan sistem persenjataan, termasuk drone, yang kemudian dipasok ke negara-negara sekutu seperti Rusia, Sudan, dan Yaman.
Liu diduga beroperasi bersama Li Yongxin (李永欣), Yung Yiu Wa (耀華 容), dan Zhong Yanlai (鐘硯來).
Departemen Luar Negeri AS menawarkan imbalan hingga US$15 juta (sekitar Rp245 miliar) bagi siapa pun yang memberikan informasi terkait keberadaan mereka dan jaringan penyelundupan teknologi AS yang mereka jalankan.