PURBALINGGA – Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga mencatat adanya peningkatan kasus HIV yang cukup mengkhawatirkan. Hingga Mei 2025, ditemukan 44 kasus baru, sehingga total penderita HIV/AIDS (ODHA) di Purbalingga mencapai 669 orang.
Menurut data Dinkes Purbalingga, penularan HIV paling banyak disebabkan oleh perilaku seks lelaki dengan lelaki (LSL), mencapai sekitar 30% dari total kasus. Selain itu, HIV juga ditemukan pada pasien TBC, ibu hamil, dan pasangan ODHA.
"Kasus baru didominasi usia produktif, antara 19 hingga 55 tahun, dan mayoritas laki-laki. Ini menjadi perhatian serius bagi kita semua," ujar perwakilan Dinkes Purbalingga.
Penularan HIV sangat erat kaitannya dengan kelompok populasi kunci seperti homoseksual, pekerja seks, transgender, dan pengguna narkoba suntik. Pemerintah berupaya menekan angka penularan dengan menyediakan obat pencegahan HIV (PrEP) gratis di lima puskesmas: Purbalingga, Bojong, Kalimanah, Pengadegan, dan Kutasari.
Ibu hamil yang positif HIV mendapatkan penanganan khusus untuk mencegah penularan pada bayi, termasuk konsumsi obat ARV selama 6 bulan, persalinan caesar, dan menghindari pemberian ASI.
HIV memang tidak langsung menyebabkan kematian, namun melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat penderitanya rentan terhadap penyakit lain seperti TBC dan pneumonia. Banyak kematian terkait HIV justru disebabkan oleh penyakit penyerta ini.
Dinkes Purbalingga terus mengintensifkan sosialisasi melalui puskesmas dan bekerjasama dengan KPAD untuk menekan angka kasus baru dan mendorong masyarakat untuk memeriksakan diri secara terbuka.
"Kesadaran adalah kunci. Jika merasa berisiko, segera periksa. HIV bukan akhir segalanya jika terdeteksi dan ditangani sejak awal," imbau perwakilan Dinkes Purbalingga.