WASHINGTON – Presiden AS, Donald Trump, secara terbuka tidak setuju dengan penilaian intelijen negaranya sendiri terkait program nuklir Iran. Trump menyatakan bahwa Direktur Intelijen Nasional (DNI) "salah" ketika bersaksi bahwa Iran tidak sedang membangun senjata nuklir.
Pernyataan ini muncul setelah Trump sebelumnya meragukan laporan yang disampaikan kepada Kongres, yang mengukuhkan kembali penilaian komunitas intelijen AS. Bahkan, Trump menegaskan bahwa dirinya "tidak peduli" jika temuan intelijen bertentangan dengan klaimnya sendiri, yang menyatakan bahwa Iran berada di tahap akhir pengembangan senjata nuklir.
"Komunitas intelijen saya salah," kata Trump, menanggapi pertanyaan tentang bukti yang dimilikinya terkait pembangunan senjata nuklir oleh Iran. Ia bahkan menolak klaim DNI yang secara khusus menyebutkan bahwa Iran tidak memiliki bukti pembangunan senjata tersebut.
Menanggapi kontroversi ini, Gabbard tampaknya membela Trump dengan menyatakan bahwa Iran berada pada titik yang memungkinkan mereka memproduksi senjata nuklir dalam hitungan minggu atau bulan jika memutuskan untuk melakukannya. Meski begitu, pernyataan ini tidak secara langsung bertentangan dengan penilaian sebelumnya bahwa Iran tidak sedang membangun senjata.
Tindakan Trump yang secara terbuka menentang komunitas intelijennya sendiri dianggap tidak lazim dan menuai kritik. Para pengkritik menuduh Trump mengabaikan bukti demi membenarkan potensi keterlibatan langsung AS dalam konflik tersebut.
Selain itu, Trump juga meremehkan prospek AS menjadi perantara perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel. Ia berpendapat bahwa akan sulit untuk mengajukan permintaan tersebut saat ini, karena Israel "berhasil dalam hal perang."
Trump juga mengisyaratkan bahwa ia tidak akan berusaha meminta Israel mengurangi pemboman udara terhadap target-target Iran, menunjukkan keberpihakannya pada Israel. Ia menambahkan bahwa ia akan membutuhkan waktu dua minggu untuk memutuskan respons AS terhadap konflik tersebut.
Menjelang potensi keterlibatan militer AS, para ahli berpendapat bahwa keputusan Trump akan bersifat transformatif. AS dianggap sebagai salah satu dari sedikit negara yang memiliki pengaruh untuk menekan Israel agar mundur dari ambang perang regional berskala lebih luas.
Di sisi lain, Trump juga meremehkan potensi peran negara-negara Eropa dalam meredakan situasi, beberapa jam setelah perwakilan Iran bertemu dengan diplomat tinggi dari Prancis, Inggris, Jerman, dan Uni Eropa di Jenewa. "Eropa tidak akan dapat membantu," ujar Trump.