Peringatan Curacao Jadi Kenyataan Pahit untuk Timnas Indonesia di Bawah Patrick Kluivert?

Jauh sebelum kekalahan memalukan 0-6 Timnas Indonesia dari Jepang, sinyal bahaya sebenarnya sudah berbunyi dari Curacao. Media dari negara yang pernah merasakan sentuhan tangan Patrick Kluivert, telah lebih dulu menguliti kelemahan mendasar sang pelatih.

Kekalahan telak dari Jepang di laga pamungkas Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada 10 Juni 2025, menjadi puncak sorotan tajam pada Kluivert. Padahal, sebelumnya, publik Indonesia sempat dilambungkan harapan tinggi usai dua kemenangan beruntun atas Bahrain dan China yang mengamankan tiket ke babak keempat. Namun, euforia itu seketika sirna di kaki para pemain Jepang.

Kini, ucapan pedas media Curacao tentang Kluivert terasa sangat relevan. Curacao Football News pernah menyatakan bahwa Kluivert tidak memiliki pendekatan taktik yang terstruktur. Bahkan, pemain-pemain Curacao yang notabene besar di Belanda pun kebingungan dengan instruksi yang diberikan. "Taktik Kluivert hanyalah ‘keluar dan lakukan sesuatu’. Tim kami yang berisikan pemain yang lahir dan besar di Belanda pun tak mengerti apa yang harus dilakukan di bawah arahannya," tulis mereka.

Rekam jejak Kluivert bersama Timnas Curacao memang tidak menggembirakan. Dari enam pertandingan yang dijalani pada tahun 2021, hanya satu kemenangan yang berhasil diraih. Sisanya berakhir dengan dua hasil imbang dan tiga kekalahan. Media Curacao bahkan menyoroti kebiasaan Kluivert menempatkan pemain di posisi yang tidak semestinya. "Kluivert kembali ke Curacao pada tahun 2021 sebagai pelatih sementara, memimpin 6 pertandingan dengan hanya 1 kemenangan dan 4 kekalahan. Dalam kualifikasi Piala Dunia, ia memainkan gelandang sebagai pemain sayap dan gelandang bertahan sebagai penyerang, dan kami kalah serta tersingkir. Orang itu adalah teroris," tulis mereka blak-blakan.

Rotasi pemain yang tidak jelas, pemain yang kebingungan di lapangan, hingga pendekatan pertandingan yang terkesan asal-asalan menjadi poin utama kritik dari Curacao. Situasi ini seolah terulang dalam kekalahan Timnas Indonesia dari Jepang.

Namun, bukan berarti semua hal tentang Kluivert dinilai buruk. Curacao Football News tetap mengapresiasi kemampuannya membujuk para pemain diaspora untuk bergabung. "Dalam hal perekrutan, dia (Kluivert) bagus. Para pemain bergabung dengan kami pada tahun 2015 hanya karena dia adalah manajernya," ungkap mereka. "Namun taktiknya sangat buruk, selama pertandingan, para pemain kami tampak kebingungan dan kami hanya bisa menang tipis melawan negara-negara yang bahkan tidak memiliki liga semi-profesional," tutup Curacao Football News.

Kini, tekanan pada Kluivert di kursi pelatih Timnas Indonesia semakin besar. Skuad Garuda akan menghadapi babak keempat kualifikasi bersama lima tim kuat dari Timur Tengah: Qatar, Arab Saudi, Irak, UEA, dan Oman. Pertanyaannya, mampukah Kluivert membungkam semua kritik dan membawa Indonesia melangkah lebih jauh, atau justru peringatan dari Curacao akan menjadi kenyataan pahit berikutnya?

Scroll to Top