Sebuah kejadian luar biasa menggemparkan dunia medis lebih dari tiga dekade lalu. Seorang gadis remaja di Lesotho, Afrika Selatan, dilaporkan hamil setelah menelan sperma. Kisah ini, yang diterbitkan dalam jurnal Obstetrics & Gynaecology pada tahun 1988, menimbulkan banyak pertanyaan dan perdebatan.
Awalnya, remaja tersebut datang ke rumah sakit mengeluh sakit perut parah yang datang dan pergi. Pemeriksaan mengungkapkan bahwa ia tengah hamil sekitar sembilan bulan, meskipun ia sama sekali tidak menyadarinya. Kondisi ini semakin membingungkan karena ia mengaku tidak pernah berhubungan seksual.
Keanehan muncul ketika diketahui bahwa 278 hari sebelumnya, gadis itu pernah dilarikan ke unit gawat darurat karena ditusuk pisau di bagian perut atas. Penusukan tersebut menyebabkan luka pada lambungnya. Setelah menjalani perawatan, ia diperbolehkan pulang.
Beberapa bulan kemudian, saat masa pemulihan pasca operasi caesar, ia menceritakan bahwa penyerangan itu terjadi ketika mantan kekasihnya mendapatinya sedang melakukan seks oral dengan pacar barunya. Dari sinilah, para dokter menyimpulkan bahwa sperma yang sempat ia telan berpindah ke sistem reproduksinya melalui robekan pada saluran pencernaannya akibat tusukan tersebut, hingga akhirnya menyebabkan kehamilan.
Normalnya, pembuahan terjadi ketika sperma masuk ke sistem reproduksi wanita melalui vagina. Lingkungan asam di saluran pencernaan biasanya tidak memungkinkan sperma untuk bertahan hidup. Namun, air liur memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah dibandingkan bagian lain dari sistem pencernaan.
Selain itu, pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa remaja tersebut menderita atresia vagina distal, sebuah kondisi langka di mana lubang vagina tidak ada atau tertutup. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada 1 dari 4.000 hingga 10.000 bayi perempuan yang baru lahir.
Dokter akhirnya melakukan operasi caesar darurat dan remaja tersebut melahirkan bayi laki-laki sehat dengan berat 2,8 kilogram. Pemeriksaan pasca persalinan menunjukkan bahwa rahim pasien berakhir pada vagina yang hanya sedalam 2 sentimeter.
Kasus ini menjadi bukti bahwa meskipun sangat jarang, kehamilan bisa terjadi melalui cara yang tidak konvensional, terutama jika terdapat kondisi medis tertentu yang menyertainya. Kasus ini tetap menjadi studi kasus yang menarik dan kontroversial di dunia medis.